Dewan Anak Mataram
Refleksi 17 Tahun Dewan Anak Mataram, Puisi Haru dan Pentas Wayang Botol
Kegembiraan di acara itu tejeda sejenak, saat anak-anak menampilkan musikalisasi puisi di hadapan orang tua mereka di perayaan HUT Dewan Anak Mataram.
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Suara musik menggema di ruangan Aula lantai 3 kantor Wali Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (13/5/2025).
Balon warna warni serta kertas kilau, menyambut kedatangan para tamu di pintu masuk ruangan acara. Di atas panggung pembawa acara tengah berinteraksi dengan tamu undangan.
Keseruan itu merupakan acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-17 Dewan Anak Matram (DAM), bertajuk “Gebyar Dewan Anak Mataram“.
Tak hanya balon yang menghias, sejumlah karya seni buatan anggota DAM juga turut dipamerkan dalam acara itu.
Acara ini menjadi wujud syukur atas perjalanan panjang, eksistensi, dan perjuangan Dewan Anak Mataram dalam mengawal suara serta hak-hak anak, di bawah pendampingan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi NTB, Wirawan, Ayah Joko Jumadi selaku Pembina Dewan Anak Mataram sekaligus Ketua LPA Kota Mataram.
Selain itu ada pula Bunda Nyanyu Ernawati, anggota DPRD Kota Mataram dari Komisi IV, serta Bunda Sri Mawarni, Sekretaris LPA Kota Mataram.
Musikalisasi Puisi

Kegembiraan di acara itu tejeda sejenak, saat para anggota DAM menampilkan musikalisasi puisi di hadapan orang tua mereka yang hadir di acara itu.
Diiringi musik biola, suara bergetar seorang anak membacakan puisi tentang kesedihan dan kesengsaraan anak menjadi korban bulying dan kekerasan seksual.
Pada puisi yang penuh emosional itu, anak-anak menyampaikan pesan mendalam kepada keluarga, pemerintah dan masyarakat luas tentang hak anak yang yang sangat minim perhatian.
Puisi tersebut juga menggambarkan, bagaimana korban kekerasan seksual menghancurkan masa depan para anak-anak yang suaranya sangat jauh terdengar.
Baca juga: Rayakan 17 Tahun, Dewan Anak Mataram Gaungkan Isu Anak Lewat Seni dan Edukasi
Tak sedikit para peserta dan orang tua yang hadir di tempat itu menangis tersedu setelah mendengar puisi yang sangat menyentuh hati yang dibacakan dalam pementasan.
Pementasan Wayang Botol

Setelah penampilan puisi, selanjutnya pementasan wayang botol dari Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS).
Tak jauh dari cerita makna puisi sebelumnya, lakon wayang botol juga menceritakan tentang seorang siswa yang mendapatkan bullying dari teman di sekolahnya.
Seingkat cerita, teman yang melakukan bullying tersebut meminta maaf kepada korban. Hingga pada akhir cerita korban anak maupun pelaku bullying saling memahami dan saling menjaga untuk tidak melakukan bullying.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.