Opini

Penguatan Perguruan Tinggi Vokasi Menuju NTB Makmur Mendunia

Pemerintah NTB perlu mendorong pendidikan vokasi atau terapan melalui SMK Center of Excellence, yang bisa disinergikan dengan politeknik.

Editor: Sirtupillaili
Dok.Pribadi Hendra
OPINI - Dr. Hendra Sudrajat, S.H., M.H., Adv. Penulis merupakan Direktur Dumantara Riset Institute, Founder Narasi Tanpa Batas, dan Ketum DPW Perkumpulan Dosen Peneliti Indonesia NTB 2022-2027 

Dr.Hendra Sudrajat,S.H.,M.H.,Adv. 
(Direktur Dumantara Riset Institute, Founder Narasi Tanpa Batas, dan Ketum DPW Perkumpulan Dosen Peneliti Indonesia NTB 2022-2027)

Hari Pendidikan Nasional tahun 2025 mengusung tema besar yakni “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Tema ini bukan sekadar slogan tahunan, melainkan ajakan kolektif untuk mereposisi pendidikan sebagai fondasi utama kemajuan bangsa. 

Ini adalah ajakan moral kepada seluruh elemen masyarakat, pemerintah, perguruan tinggi, industri, komunitas lokal, dan keluarga, untuk berperan aktif dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas, relevan, dan merata.

Di tengah tema tersebut, Kementerian Dikti, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melakukan inisiatif transformatif, “Kampus Berdampak.” 

Gagasan ini merupakan lonceng perubahan dari pendidikan tinggi yang selama ini terkesan eksklusif, menuju sistem perguruan tinggi yang berakar pada realitas sosial, ekonomi, dan kultural masyarakat.

Inisiatif ini menjadi peluang emas bagi perguruan tinggi vokasi di Nusa Tenggara Barat atau disingkat NTB untuk mengambil peran strategis dalam menyulam “Narasi Tanpa Batas” menuju NTB “Makmur Mendunia”.

Visi Provinsi NTB  “Makmur Mendunia” menunjukkan semangat untuk membuka diri terhadap investasi, teknologi, dan kolaborasi global. Perguruan tinggi vokasi bisa menjadi jembatan teknologi dan kompetensi antara masyarakat lokal dan kebutuhan global.

Berbagai potensi lokal Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan Narasi Tanpa Batas yang perlu dikembangkan seperti agro maritim, pariwisata, dan energi terbaharukan.

Agro maritim NTB kaya hasil laut, peternakan seperti sapi, ayam, dan hortikultura. Kampus vokasi bisa fokus pada inovasi pasca panen, teknologi pakan, aquaculture, dan agrowisata. 

Begitu pun dengan pariwisata halal dan ekowisata, Lombok dan Sumbawa adalah destinasi unggulan. Perguruan tinggi dapat mencetak tenaga kerja kompeten di bidang hospitality, guiding, dan manajemen destinasi. 

Potensi energi terbarukan begitu sangat menjanjikan dengan potensi panas bumi, solar, dan air bisa dijadikan basis riset terapan energi bersih.

Dengan bonus demografi, saatnya generasi muda NTB dimaksimalkan potensinya. Terdapat ribuan lulusan SMA/SMK setiap tahun membutuhkan akses pendidikan tinggi vokasi yang praktis, cepat kerja, dan berbasis industri.

Potensi tersebut membutuhkan dukungan pemerintah dan dunia internasional, dengan adanya program desa wisata, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK Mandalika), dan MotoGP membuka kolaborasi dengan sektor industri global.

Pemerintah NTB perlu mendorong pendidikan vokasi atau terapan melalui SMK Center of Excellence, yang bisa disinergikan dengan politeknik atau kampus vokasi. 

Adanya platform digital  berupa IoT, Edutech, E-commerce lokal memungkinkan kampus terapan NTB menyulam “narasi tanpa batas” secara literal menembus ruang geografis dan sosial dengan membangun kurikulum hybrid antara lokal wisdom dan standar industri 4.0. Namun tidak mudah mewujudkannya terdapat beberapa tantangan seperti keterbatasan Dosen dan fasilitas praktik. 

Kampus vokasi baru di NTB perlu ditambah jumlahnya seiring dengan potensi NTB dengan “Narasi tanpa Batas”, karena NTB tidak hanya sekedar sebuah provinsi, tetapi sebuah wilayah dengan berlimpah potensi. 

Begitu pun dengan kekurangan dosen dengan keahlian industri dan sarana laboratorium. Sehingga membutuhkan kolaborasi dengan industri dan pusat riset nasional untuk transfer teknologi dan pelatihan.

Selain masih kurangnya jumlah perguruan tinggi vokasi, perguruan tinggi yang ada di NTB masih jarang menjalin MoU internasional, pertukaran pelajar, atau program joint degree. Kondisi ini membatasi kemampuan menyumbangkan lulusan ke pasar global dan menyusun narasi internasional. 

Di samping itu, masyarakat masih cenderung memandang sarjana akademik lebih tinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi vokasi. Kampus vokasi perlu menyusun narasi kebanggaan bahwa lulusan mereka siap kerja, siap bisnis, dan siap mendunia. 

Selain itu, perlu pengembangan kampus dengan konsep multi kampus atau kelas industri yang mendekat ke masyarakat. Tantangan pada dunia kerja di NTB masih mengeluhkan lulusan yang tidak job ready karena kurikulum kampus belum sepenuhnya link-and-match, sehingga diperlukan teaching factory, magang industri, dan kurikulum yang disusun bersama dunia usaha.

Kondisi tersebut di atas, diperlukan strategi menyulam “Narasi Tanpa Batas” untuk NTB “Makmur Mendunia” dengan membangun Politeknik atau akademi vokasi tematik seperti Politeknik Agro Maritim, Akademi Kepariwisataan, Akademi Energi Terbarukan dengan masing-masing dengan pendekatan kolaboratif. 

Tetapi perlu ditunjang dengan menyusun kurikulum adaptif, berbasis proyek dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga Mahasiswa dalam menyelesaikan studi dengan project-based learning, startup desa, dan tugas akhir berbasis kebutuhan masyarakat. 

Selain itu, perlu juga digitalisasi dan kolaborasi internasional dengan menyusun program virtual exchange, kelas hybrid, serta magang internasional berbasis mitra industri global.

Revitalisasi DUDI yakni Dunia Usaha Dunia Industri di wilayah lokal yang menjadikan pelaku UMKM, Badan Usaha Milik Desa, dan desa wisata sebagai laboratorium hidup atau living lab untuk mahasiswa. 

NTB yang sarat budaya dan tradisi perlu mengangkat nilai budaya lokal sebagai modal global dengan membuat program-program studi yang juga mengajarkan identitas lokal seperti tenun, kerajinan bambu, dan musik Sasambo. 

Tetapi dengan pendekatan global marketing dan teknologi. Perguruan tinggi vokasi di NTB berada dalam momen sejarah yang menentukan. Dengan pendekatan inklusif, kolaboratif, dan inovatif, mereka dapat menjadi penjahit narasi perubahan yang menyulam antaranya kekayaan lokal dan tuntutan global, nilai budaya dan kompetensi industri, dan aspirasi daerah dan peluang dunia. 

NTB “Makmur Mendunia” bukan hanya slogan, melainkan medan kerja nyata bagi kampus terapan untuk menjadi mercusuar harapan.

Tema “partisipasi semesta”  dalam hari pendidikan nasional Tahun 2025, menuntut keterlibatan penuh dari semua sektor, tidak terkecuali pendidikan tinggi vokasi. 

NTB yang tengah menggeliat dengan potensi unggulan di sektor pertanian, perikanan, pariwisata halal, industri kecil, dan energi terbarukan, membutuhkan perguruan tinggi yang responsif, adaptif, dan berdampak nyata terhadap kebutuhan lokal. 

Perguruan tinggi vokasi bukan sekadar sekolah tinggi kejuruan. Ia adalah institusi pembaruan. Melalui pendidikan vokasi, Politeknik, dan akademi komunitas, perguruan tinggi vokasi menghadirkan solusi teknologi tepat guna, mencetak tenaga kerja terampil, dan menjadi simpul inovasi berbasis kearifan lokal. 

Kini, saatnya peran tersebut diperkuat dalam bingkai “Narasi Tanpa Batas” bahwa kampus tidak lagi berpagar. Mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga di sawah, bengkel, pelabuhan, dan sentra industri rakyat. 

Dosen tidak lagi hanya meneliti untuk jurnal, tetapi juga menjadi pendamping UMKM, Penyuluh Desa Digital, dan Mentor Inovator Muda. Beginilah cara NTB bisa melompat ke panggung dunia tanpa kehilangan jati diri. 

Inisiatif “Kampus Berdampak” dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi adalah jawaban atas tantangan zaman. Bukan lagi soal berapa banyak jurnal yang dipublikasikan, tetapi seberapa nyata keberadaan kampus menjawab problematika sosial dan ekonomi masyarakat. 

Perguruan tinggi vokasi memiliki keunggulan dalam menjembatani teori dan praktik, akademik dan industri, laboratorium dan lapangan. Inovasi vokasional yang kontekstual akan menjadi katalis kemajuan. 

Misalnya, program pengolahan hasil laut berbasis ekspor di Sumbawa, agroindustri berbasis teknologi di Lombok Timur, atau ekowisata digital di Lombok Utara. Semua bisa dijalankan oleh kampus terapan dengan sinergi multi-pihak. 

Dalam skema Kampus Berdampak, pendekatan co-creation antara kampus, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat menjadi prinsip utama. Kampus bukan menara gading yang menonton dari jauh, tetapi mitra strategis dalam setiap upaya transformasi daerah. Inilah bentuk partisipasi semesta yang sejati.

“Narasi tanpa batas” adalah visi bahwa ilmu, teknologi, dan keterampilan tidak boleh dibatasi oleh dinding kampus, sekat birokrasi, atau sekadar akreditasi. Pendidikan tinggi harus menembus batas geografis dan sosial menyentuh masyarakat pelosok, menembus pasar global, dan menembus ketimpangan kualitas hidup. 

NTB adalah laboratorium terbuka bagi pendidikan tinggi vokasi. Kekayaan alamnya, keragaman budayanya, serta daya juang masyarakatnya menjadi kekuatan utama untuk membangun daya saing global yang berbasis lokal. 

Bila narasi ini dijahit dengan baik seperti tenun songket ciri khas NTB, maka NTB bukan hanya makmur untuk dirinya, tetapi juga mendunia melalui keunggulan kompetitif yang inklusif. 

Program student technopreneurship, teaching factory, community living lab, hingga green campus movement bisa menjadi platform kampus vokasi untuk menyulam narasi ini. 

Mahasiswa menjadi pelaku perubahan, bukan hanya pencari ijazah. Inovasi tak berhenti di laboratorium, tapi mengalir sampai ke pasar rakyat. Mimpi besar NTB untuk menjadi provinsi yang Makmur Mendunia bukanlah angan kosong. 

Ia memerlukan investasi besar di bidang pendidikan vokasi. Butuh keberanian dari pemimpin perguruan tinggi untuk keluar dari zona nyaman administratif dan masuk ke wilayah eksperimentasi sosial. 

Butuh komitmen dari pemerintah daerah untuk mendukung penuh infrastruktur, regulasi, dan insentif untuk kolaborasi lintas sektor.

Hari Pendidikan Nasional 2025 adalah momentum strategis untuk menegaskan kembali bahwa pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan kendaraan kolektif menuju keadilan sosial, kemakmuran berkelanjutan, dan martabat kemanusiaan. 

Pendidikan adalah alat untuk memutus rantai ketimpangan, menjembatani jurang peluang, dan membuka jalan bagi setiap anak bangsa untuk tumbuh tanpa batas, baik di kota maupun desa, baik di pusat maupun di pinggiran. 

Dalam semangat itulah, mari kita perkuat peran kampus dan perguruan tinggi vokasi di NTB sebagai aktor utama dalam orkestrasi perubahan. Bukan hanya mencetak tenaga kerja, tetapi membentuk insan yang terampil, berpikir kritis, dan berdaya saing global. 

NTB memiliki semua modal dasar baik kekayaan alam, budaya yang kuat, generasi muda yang tangguh, serta semangat masyarakat yang siap maju. Tetapi semua itu hanya akan menjadi potensi tidur jika tidak disambungkan dengan pendidikan yang relevan, membumi, dan transformatif. 

Mari kita bangun kesadaran bersama bahwa pendidikan bukan milik ruang kelas semata. Ia hidup di sawah, di bengkel, di pasar, di tambak, di pantai, di lereng gunung, dan di setiap ruang kehidupan. Pendidikan harus hadir di tengah-tengah masyarakat, menyatu dengan kebutuhan nyata, dan menjawab tantangan zaman. 

Kita sambut ajakan partisipasi semesta bukan sebagai beban, melainkan sebagai kehormatan untuk menyumbang pikiran, tenaga, dan keberanian mengambil peran. 

Setiap dosen, peneliti, guru, mahasiswa, pelajar, petani, nelayan, dan pelaku industri memiliki tempat terhormat dalam ekosistem ini. 

Saatnya kita hidupkan “Narasi Tanpa Batas”, dari ruang-ruang kelas hingga pelosok desa, dari pantai selatan hingga lereng Rinjani, dari laboratorium kampus vokasi hingga panggung-panggung dunia. 

Karena masa depan NTB “Makmur Mendunia” tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak sumber daya alam yang kita miliki, tetapi oleh sejauh mana kita memanusiakan pendidikan sebagai alat perubahan, sebagai pengungkit mobilitas sosial, dan sebagai pembuka ruang kesetaraan antar generasi. 

Mari kita tegaskan, dari NTB lahir pendidikan yang membumi dan mendunia. Dari NTB untuk Indonesia. Dari NTB untuk dunia. Karena sejatinya, membangun pendidikan adalah membangun masa depan, untuk semua, tanpa terkecuali.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved