Truk Pengangkut Sapi

Pengiriman Sapi Terhambat, Disnakkeswan NTB Ungkap Penyebabnya : Banyak Perusahaan Tak Taat Aturan

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap penyebab utama terhambatnya keberangkatan truk

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
ISTIMEWA
SAPI TERTAHAN DI PELABUHAN - Penampakan puluhan truk pengangkut sapi yang masih tertahan di Pelabuhan Gili Mas Lombok Barat. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap penyebab utama terhambatnya keberangkatan truk pengangkut sapi di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, yang menyebabkan sejumlah sapi mati lemas. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap penyebab utama terhambatnya keberangkatan truk pengangkut sapi di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, yang menyebabkan sejumlah sapi mati lemas.

Berdasarkan pemantauan di lapangan, hambatan ini terjadi karena banyaknya perusahaan pengangkut yang tidak mematuhi aturan yang telah disepakati bersama.

Dalam kesepakatan awal, disepakati bahwa kapasitas maksimal pengangkutan di Pelabuhan Gili Mas dan Lembar adalah sebanyak 55 truk tronton, dengan jeda (interpal) keberangkatan selama dua hari, menyesuaikan dengan jadwal keberangkatan dari Pelabuhan Pototano di Kabupaten Sumbawa.

“Karena yang paling banyak mengirim sapi dari Bima, maka kita atur interpal dua hari berangkat 40 tronton, sisanya 15 dari Sumbawa dan Dompu. Tapi sekarang mereka berangkat bersamaan, tidak sesuai dengan kapasitas yang ada,” ujar Kepala Disnakkeswan NTB, Muhammad Riadi, Senin (21/4/2025).

Padahal lanjut dia, sebelum musim pengangkutan, pihaknya sudah mengadakan rapat dengan asosiasi peternak hingga pihak pelabuhan untuk menyepakati jadwal pemberangkatan. Utamanya menyampaikan kapasitas angkutan yang hanya bisa menampung 55 tronton untuk keberangkatan 2 hari.

Meski demikian, para perusahaan yang telah diberikan rekomendasi ini rupanya tidak mengikuti jadwal, mereka bahkan berangkat secara bersamaan.

Ia mengakui, jika sebelumnya asosiasi juga sudah meminta penambahan kapal untuk pengangkutan pada tahun 2025 ini.

Akan tetapi, mengingat jumlah armada dan momen pengangkutan yang bersamaan dengan daerah lain diduganya menjadi alasan tidak bisa dilakukannya penambahan armada kapal.

“Asosiasi meminta 3 kapal besar untuk pengangkutan (sapi di Pelabuhan Gili Mas), tapi armada yang dipunya sama temen temen di KSOP berbenturan dengan momen yang sama dengan permintaan kapal dari daerah lain, seperti NTT dan Lampung,” sebutnya.

Dua daerah ini kata Riadi, juga merupakan penyuplai sapi ke Jabodetabek (Jakata, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur).

“Dan kita harusnya menyesuaikan diri, kalau dipaksakan seperti ini, ya seperti ini (truk pengangkut tertahan di Pelabuhan) jadinya,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Muziburrahman, Ketua Gapehani Kabupaten Bima meminta ketersediaan kapal agar sapi-sapi mereka bisa diseberangkan tepat waktu ke Jakarta dan sekitarnya untuk Idul Adha. 

“Setiap tahun, pemandangan memilukan ini selalu terulang. Antrian yang panjang, panas yang menyengat, dan harapan yang terkubur bersama sapi-sapi yang mati sebelum sempat dikurbankan,” ungkapnya.

Diungkapkannya, sebagian dari para peternak ini  punya hutang di bank. Uang yang diandalkan dari hasil penjualan sapi ini akan dipakai untuk bayar cicilan, hingga kebutuhan keluarga mereka masing-masing. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved