Raksasa Tekstil Indonesia Sritex Tutup Permanen, Bagaimana Nasib Ribuan Karyawan yang Kena PHK?

Suasana haru menyelimuti kawasan pabrik di Sukoharjo, pada Jumat (28/2/2025). Ribuan karyawan Sritex berkumpul untuk melakukan perpisahan.

Editor: Sirtupillaili
TribunSolo.com/ Anang Ma'ruf
PENUH HARU : Isak tangis iringi pertemuan antara Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan) dengan ribuan buruh di hari terakhir bekerja pada Jumat (28/2/2025). Satu hari sebelum PT Sritex resmi ditutup permanen pemilik PT Sritex menyempatkan waktu bertemu dengan ribuan buruh. 

TRIBUNLOMBOK.COM, SUKOHARJO - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara resmi tutup secara permanen mulai hari ini, 1 Maret 2025. Dampaknya, tak kurang dari 10 ribu orang karyawan kena PHK (pemutusan hubungan kerja).

Sritex yang berdiri sejak 1966 tersebut tutup karena  tidak bisa membayar utang atau pailit. Dikutip dari Kompas.com, Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah, Oktober 2024 lalu. 

Hal itu berdasarkan putusan perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg yang dipimpin oleh Hakim Ketua Moch Ansor, dengan PT Indo Bharta Rayon sebagai pemohon.

Kini pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara itu berhenti beroperasi alias tutup permanen. Sebuah akhir perjalanan bisnis yang membuat para pekerja menangis pilu. Selama bertahun-tahun mereka menggantungkan hidup sebagai pekerja di sana, kini harus menerima kenyataan pahit tersebut.

Suasana haru menyelimuti kawasan pabrik di Sukoharjo, pada Jumat (28/2/2025). Ribuan karyawan Sritex berkumpul untuk melakukan perpisahan.

Dikutip dari TribunSolo.com, isak tangis mengiringi perpisahan sekitar 8.475 karyawan yang berkumpul untuk berpamitan. Karena mulai hari ini, Sabtu, tidak ada lagi aktivitas produksi di pabrik tersebut. 

Para karyawan pabrik berkumpul untuk mengabadikan momen terakhir dengan berfoto bersama.

Isak tangis juga terlihat di wajah Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan). Tangisnya pecah saat berhadapan dengan ribuan buruh. Lagu Kenangan Terindah menjadi lagu perpisahan seluruh buruh sritex dan pemilik Sritex.

Isak tangis ribuan buruh pun semakin pecah saat lagu kenangan terindah dikumandangkan di pertemuan itu.

Tapi seolah tak ingin berlarut dalam kesedihan, para karyawan membuat momen ini bak perayaan kelulusan siswa. Mereka meneriakkan kata 'lulus' sembari menyebutkan berapa lama mereka menjadi bagian dari PT Sritex.

Bahkan, mereka juga mencorat-coret seragam kerja dengan menuliskan tanda tangan kolega sebagai kenang-kenangan.

Karwi Mardiyanto (45), karyawan asal Sukoharjo mengungkapkan, kedatangan mereka hanya untuk perpisahan saja. Sudah tidak ada aktivitas sama sekali di dalam pabrik. 

Pakaian yang ia kenakan dipenuhi coretan tanda tangan rekan-rekannya sebagai simbol kebersamaan. 

"Ini bentuk apresiasi kami untuk saling mengingatkan. Begitu kami melihat tanda tangan ini, kami mengingat kebersamaan kami waktu di Sritex," tambahnya.

Karwi yang mengabdi selama 17 tahun ini juga merasakan kekecewaan yang mendalam. Meski sedih, Karwi menyatakan dirinya dan rekan-rekan tetap berusaha menerima kenyataan ini dengan lapang dada. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved