Lestarikan Budaya Menenun Desa Mantar, AMMAN Bantu Pengembangan Kapasitas Masyarakat 

Program pengembangan tenun Mantar adalah upaya AMMAN untuk mendukung pelestarian budaya melalui pengembangan industri tenun di Mantar.

Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/MEIWANDA
Kolase foto seorang remaja putri Desa Mantar menunjukkan kain tenun khas Desa Mantar yang dibuat selama pendampingan program PPM PT AMMAN di Sumbawa Barat, Kamis (31/10/2024). 

Laporan Tim TribunLombok.com, Meiwanda

TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Salah satu langkah PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) dalam mencapai visi menciptakan warisan terbaik tercermin melalui beragam program inisiatif berkelanjutan yang tertuang dalam Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). 

Inisiatif ini mencakup pengembangan kapasitas masyarakat, agar dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), terutama pasca tambang beroperasi.

Hal ini sejalan dengan visi PPM AMMAN yakni ‘Komunitas di mana AMMAN beroperasi, memiliki ekosistem sosial budaya dinamis yang menghasilkan peluang luas bagi semua untuk berkembang.’ 

Aji Suryanto, Senior Manager Social Impact AMMAN menjelaskan, program PPM AMMAN dijalankan melalui tiga pilar, yakni Human Capital Development (Pengembangan Sumber Daya Manusia), Economic Empowerment (Pemberdayaan Ekonomi), dan Sustainable Tourism (Pariwisata Berkelanjutan).

"Pada pilar Pemberdayaan Ekonomi, seluruh program berfokus pada peningkatan kapasitas pelaku usaha mikro dan kecil dengan tujuan pengusaha muda di KSB memiliki kemampuan berbisnis yang mumpuni," katanya.

Serta memiliki kesadaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui diversifikasi produk, pengembangan berbagai sektor usaha dan kemandirian dalam komunitas. 

"Program pengembangan tenun Mantar adalah upaya AMMAN untuk mendukung pelestarian budaya melalui pengembangan industri tenun di Mantar," katanya.

Program ini dijalankan dengan cara pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat, khususnya generasi muda perempuan.

Menenun di Mantar adalah tradisi turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menunjang acara adat. Mantar juga dikenal sebagai desa sentra penghasil kain tenun di KSB. 

Akan tetapi seiring perkembangan zaman, tradisi ini perlahan menghilang, sehingga menenun mulai tidak menjadi budaya keseharian dan terlupakan sebagai salah satu sumber penghasilan ekonomi yang menjanjikan. 

Budaya menenun juga tidak diwariskan kepada generasi selanjutnya, sehingga generasi muda di Desa Mantar kehilangan pengetahuan dan keahlian untuk menenun. 

"Saat ini hanya tersisa 4 perempuan di Mantar berusia sangat sepuh, yang memiliki pengetahuan menenun dan berprofesi sebagai penenun," ujarnya.  

Padahal tenun sebagai salah satu identitas budaya perlu dilestarikan karena dapat menampilkan ciri khas dan sejarah suatu daerah, sekaligus berpotensi untuk mendukung perkembangan pariwisata dan perekonomian para perajinnya. 

"Oleh sebab itu AMMAN berinisiatif untuk mengaktifkan kembali budaya menenun di kalangan generasi muda sebagai bentuk preservasi budaya KSB," katanya.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved