Debat Pilkada NTB
Strategi Pasangan Rohmi-Firin untuk Menyediakan Rumah Layak Huni di NTB
Paslon gubernur dan wakil gubernur NTB nomor urut 1, Rohmi-Firin menyampaikan starategi penyediaan rumah layak huni di NTB yang masih mencapai 66,31 %
Penulis: Andi Hujaidin | Editor: Idham Khalid
”Solusi konkret yang disampaikan pasangan Rohmi-Firin ini adalah jembatan antara visi dan realita. Sebagai calon pemimpin NTB lima tahun berikutnya, Rohmi-Firin terlihat betul akan menghadirkan tindakan nyata dalam setiap kebijakannya," kata Didu menganalisa.
Pasangan Rohmi-Firin dinilainya paling menonjol dan konsisten menunjukkan hal tersebut sepanjang debat perdana berlangsung, dibanding dua pasangan kandidat lainnya.
Apalagi dalam debat, pasangan ”Jilbab Ijo” menekankan bagaimana di sektor pendidikan tidak boleh lagi ada masyarakat NTB yang putus sekolah. Informasi untuk pendidikan juga harus sampai ke desa. Dan pemerintah juga akan memfasilitasi beasiswa.
Di sektor kesehatan, Rohmi-Firin dalam debat menegaskan tidak boleh ada lagi masyarskat NTB yang tidak bisa berobat. Puskesmas akan diupgrade sehigga bisa melayani kasus awal gawat darurat. Rumah Sakit milik Pemprov NTB di Sumbawa juga akan dibuat bisa melayani emergency sehingga tidak harus dibawa dan dirujuk ke Pulau Lombok. Pun masyarakat yang tidak mampu, Rohmi-Firin jjha akan memastikan seluruhnya mendapat bantuan sosial.
Secara umum, debat perdana ini kata Didu, memang menjadi arena di mana para kandidat saling beradu argumen, gagasan, dan strategi. Moderator debat memandu diskusi tentang berbagai isu krusial, seperti penanganan kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan juga perumahan. Meskipun seluruh kandidat menunjukkan pemahaman yang baik tentang topik-topik tersebut, pasangan Rohmi-Firin dinilainya lebih unggul dalam merinci program-program yang ditawarkan.
Saat pendalaman isu yang lebih spesifik, pasangan Rohmi-Firin juga tetap konsisten dengan hal tersebut. Hal ini misalnya tampak saat pasangan perpaduan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa ini menjawab pertanyaan terkait nasib guru PTT dan guru honorer.
Rohmi-Firin menekankan pentingnya perhatian guru honorer tidak hanya di sekokah negeri semata. Tapi juga guru di sekolah swasta yang jumlahnya juga tak kalah banyak. Solusi realistis yang ditawarkan Rohmi-Firin adalah membuka akses sertifikasi guru bagi para guru honorer dan PTT ini sehingga terbuka ruang peningkatan kesejahteraan, selain juga ruang pengangkatan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.