Komunitas Akarpohon Gelar Perayaan Buku Mei Salon Karya Iin Farliani

Komunitas Akarpohon Mataram menggelar Perayaan Buku Kumpulan Cerpen (Kumcer) 'Mei Salon' karya Iin Farliani yang diterbikan Mizan Pustaka, Juli 2024.

Editor: Laelatunniam
ISTIMEWA
Suasana Perayaan Buku 'Mei Salon' yang digelar Komunitas Akarpohon di Kedai Kojo, Mataram, Sabtu, 10 Agustus 2024 malam. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Komunitas Akarpohon Mataram menggelar perayaan buku Kumpulan Cerpen (Kumcer) 'Mei Salon' karya Iin Farliani yang diterbikan Mizan Pustaka, Juli 2024.

Perayaan buku itu digelar di Kedai Kojo, Jalan Udayana, Kota Mataram, pada Sabtu (10/8/2024). 

Dalam acara tersebut, hadir Iin Farliani selaku penulis, Januari Rizki Pratama R. sebagai pembedah, Megawati Iskandar Putri sebagai pemandu, serta Sanggaita selaku penampil. 

Mei Salon merupakan buku tunggal ketiga Iin Farliani setelah kumcer Taman Itu Menghadap ke Laut (diterbitkan tahun 2019) dan kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (2022).

Iin Farliani menceritakan, 16 cerpen dalam buku Mei Salon ditulis pada periode waktu yang berbeda.

Ide ceritanya berasal dari peristiwa sederhana di sekitar dirinya. 

“Karena aku tidak ada terbebani harus menyampaikan sesuatu yang ‘penting’ untuk dilihat, atau yang dianggap orang isunya penting untuk jadi kajian atau apa, tidak berat ke sana,” ujar Iin.

Editor buku Mei Salon memilih cerpen-cerpen dengan latar dan tema beragam, tetapi memiliki nuansa yang saling tersambung. 

“Cerpen-cerpen yang dipilih ketika dibaca, utuh sebagai sebuah buku. Latarnya laut, pemukiman, rumah, dan lainnya. Namun, nuansanya saling tersambung,” ungkap penulis yang menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mataram.

Pembedah kumcer Mei Salon, Januari Rizki Pratama R. menyampaikan, tema yang dihadirkan cerpen-cerpen di buku Mei Salon cenderung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Meski demikian, Iin dianggap bisa mengemas cerita yang memberikan kesan kepada pembaca. 

“Iin mengubah sesuatu sederhana menjadi sesuatu yang ada kesan abstrak dalam setiap cerita itu. Iin menarasikan sebuah problematika yang sebenarnya sangat umum, membentuk kepentingan dan kewajiban (ide utama yang saya rasakan), tapi bisa dikemas sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan,” jelas Januari Rizki. 

Januari Rizki juga menyoroti ada kesamaan nuansa yang melatarbelakangi cerpen-cerpen di buku Mei Salon. Ia mencontohkan cerpen berjudul Sembilan Puluh Sembilan Tikungan.

“Melihat dari perspektif semiotika, ketika saya membaca kembali, ada beberapa simbol-simbol yang menarik digunakan di dalam cerita tersebut. Di balik kesederhanaan poin yang disampaikan, terdapat sesuatu yang terbuka, sehingga imajinasi pembaca bisa berbeda-beda,” ujar Januari Rizki Pratama, pengajar di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unram itu.


 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved