Berita Lombok Timur

Gagal Atraksi HUT ke-79 RI, Siswa MTs di Lombok Timur Alami Luka Bakar Terkena Semburan Api 

Atraksi dalam lomba gerak jalan tingkat SMP/MTs itu seketika menjadi petaka saat korban J melakukan aksinya menyemburkan menggunakan bensin.

Dok.Istimewa
Siswa MTs Inisial J saat gagal menampilkan aksi semburan apinya yang dilakukan pada lomba gerak jalan perayaan HUT ke 79 RI. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Nasib apes dialami seorang siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) inisial J (14) saat melakukan atraksi menyemburkan api pada perayaan HUT ke-79 RI, Jumat (9/8/2024) sore.

Atraksi dalam lomba gerak jalan tingkat SMP/MTs itu seketika menjadi petaka saat korban J melakukan aksinya. Api yang hendak disembur menggunakan bensin malah merambat hingga membakar mulut beserta lehernya. 

Ketua panitia penyelenggara lomba gerak jalan tingkat Kecamatan Pringgasela, H. Zulkarnaen mengatakan, pleton barisan yang beranggotakan korban ini sebelumnya sempat dilarang sekolah melakukan atraksi membahayakan sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan panitia lomba.

”Dari musyawarah pihak sekolah dan keluarga korban diketahui bahwa sekolah dengan tegas melarang adanya atraksi tersebut hingga korban sempat mogok dan tidak mau mengikuti lomba gerak jalan ini,” ucapnya, saat dikonfirmasi, Sabtu (10/8/2024).

Baca juga: Jelang HUT RI ke-79, Tiket Pendakian Gunung Rinjani untuk Umum Full Booking

Disebutnya, pihak sekolah dengan tegas melarang peserta mengikuti lomba jika siswa melakukan atraksi demikian. Namun tak kehabisan akal, anggota regu baris berbaris itu bersama korban melanjutkan latihan seperti biasa hingga hari H atraksi tersebut dilakukan di luar sepengetahuan dan kontrol pihak sekolah.

Sementara lanjut Zul, dari pengakuan orang tua, korban mengakui bahwa bensin itu perintah dari guru, kendati sejak awal telah dilarang. 

”Siswa ini juga dari rumah dapat mengelabuhi orangtuanya bahwa membawa bensin seolah-olah perintah guru, meski pada dasarnya orang tua juga sudah melarang,” terangnya.

Ia berharap tidak ada kesalahpahaman antara pihak sekolah dan orangtua korban. 

”Alhamdulillah kedua pihak saling memahami dengan penuh rasa saling mengerti keadaan masing-masing,” katanya.

Dikatakan lebih jauh, kejadian itu sangat cepat dan sesaat. Pihaknya pun percaya pada peserta berdasarkan meeting dengan para pembina sebelum lomba dilaksanakan.

”Dari kejadian ini sepatunya menjadi pelajaran untuk kita semua para bapak ibu guru dalam upaya menanam rasa cinta tanah air tanpa harus melupakan etika ketaatan pada kedua orang tua dan guru kita sebagai pelajar,” tutupnya. 

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved