Berita Mataram

Inflasi Kota Mataram Mei 2024 Capai 3,18 Persen

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Kota Mataram bulan Mei 2024 mencapai 3,18 persen year on year, lebih tinggi dari angka inflasi Provinsi NTB

Penulis: Rozi Anwar | Editor: Idham Khalid
Rozi Anwar
Masyarakat lingkungan Kekalek Jaya saat membeli kebutuhan sebelum Idul Adha, pada Selasa (11/6/2024) 

Laporan Wartawan TribunLombok.com Rozi Anwar

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Inflasi Kota Mataram pada bulan Mei 2024 mencapai 3,18 persen year on year. Angka ini lebih tinggi dari angka inflasi Provinsi NTB mencapai sebesar 2,77 persen.

Bahkan inflasi Kota Mataram dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) itu juga lebih tinggi dari Kabupaten Sumbawa 2,19 persen, dan Kota Bima 2,91 persen.

Sedangkan, inflasi Kota Mataram month to month pada bulan Mei 2024 sebesar 0,08 persen, lebih tinggi dari inflasi Provins NTB minus 0,41 persen dan lebih tinggi dari Kabupaten Sumbawa minus 1,13 persen dan Kota Bima minus 0,19 persen.

"Adapun komoditas penyumpang inflasi di Kota Mataram pada bulan Mei 2024 adalah perhiasan, sewa rumah, cabai rawit, angkutan udara dan sepeda motor," terang Wakil Wali Kota Mataram TGH. Mujiburrahman, seklaigus Ketua Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram, Selasa (11/6/2024).

Mujiburrahman menambahkan, penyumbang inflasi bulanan tersebut, menunjukan bahwa inflasi bulan Mei 2024 di Kota Mataram, disebabkan core inflation dan administered price. Sementara, komoditas volatile food yaitu cabai rawit yang menjadi penyumbang inflasi.

Wawali menegaskan, TPID Kota Mataram telah memberikan hasil yang baik dalam mengendalikan inflasi volatile food di tengah peningkatan harga eceran tertinggi beras medium, beras premium, jagung, telur ayam ras, dan daging ayam ras yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

"Sedangkan, core inflation dan administered price adalah kewenangan pemerintah pusat," terangnya.

Di satu sisi, perlu diperhatikan adalah sasaran target inflasi nasional sebesar 2,5 persen ±1. Artinya, minimal inflasi Kota Mataram hanya diperbolehkan 1,5 persen atau tidak boleh melebihi 3,5 persen.

Menurutnya, banyak hal yang mempengaruhi dinamika inflasi di Kota Mataram. Diantaranya, kondisi geopolitik yang mempengaruhi perekonomian dunia, sehingga kurs rupiah melemah terhadap dollar mengakibatkan peningkatan harga komoditas impor seperti jagung dan beras premium.

Selain itu kata dia, kondisi cuaca yang tidak menentu termasuk terjadinya fenomena el-nino yang menyebabkan musim panas menjadi lebih panjang dari biasanya dan menyebabkan musim tanam dan panen terganggu.

Baca juga: Wali Kota Mataram Berharap Proyek Ipal Komunal Diterima Warga

Selanjutnya, hari besar keagamaan, libur sekolah, dan penyelenggaraan MotoGP juga turut mempengaruhi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap komoditas panfan, barang, dan jasa lainnya.

"Bahkan saat ini terjadi peningkatan HET beras medium, beras premium dan peningkatan harga acuan penjualan jagung telur, dan daging ayam ras," tandasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved