Ibadah Haji

Jemaah Lansia dan Risiko Tinggi Disiapkan Kerikil untuk Lontar Jumrah Melalui Skema Murur

Penerapan murur ini dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia

Dok. Kementerian Haji Arab Saudi
Suasana jemaah haji melempar jumrah di Mina. Penerapan murur ini dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Jemaah haji Indonesia akan dibekali kerikil untuk melakukan lontar jumrah sejak menyelesaikan puncak haji di Arafah.

Adapun hal ini merupakan penerapan skema murur yakni mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid menjelaskan, jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.

"Skema murur ini, rencananya akan diikuti oleh 25 persen jemaah haji Indonesia atau sekitar 55 ribu orang," ujarnya, Sabtu (8/6/2024).

Mereka yang akan diprioritaskan ikut dalam skema murur ini adalah para jemaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabiltas, serta para pendamping lansia.

Penerapan murur ini dilakukan sebagai ijtihad serta ikhtiar untuk menjaga keselamatan jiwa jemaah haji Indonesia.

Baca juga: Berapa Besaran Dam atau Sanksi Denda Jemaah Haji 2024? Ini Ketentuan Resmi Kemenag

Di samping itu pemerintah juga telah memikirkan bagaimana ritual pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan sesuai dengan syariah.

“Meski pun tidak turun di Muzdalifah jemaah tidak perlu khawatir tidak dapat kerikil. Itu kami bekali sejak jemaah ada di Arafah,” terang Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid di Makkah, Jumat (7/6/2024).

“Pihak Mashariq menyiapkan kantong berisi kerikil sejumlah 70 buah. Ini cukup untuk keperluan lontar jumrah Aqobah hingga selesai nafar tsani,” imbuhnya.

Pemberian kerikil ini, lanjut Subhan, akan dilakukan bersamaan dengan pemberian snack berat yang ditujukan sebagai layanan konsumsi di Muzdalifah.

“Jadi nanti, di saat jemaah di Arafah, akan ada pembagian kantong kerikil beserta snack berat untuk di Muzdalifah. Nah ini dua-duanya dibawa. Jangan ditinggal di Arafah ya,” pesan Subhan.

“Snacknya dikonsumsi oleh jemaah saat di Muzdalifah, terutama bagi mereka yang tidak ikut murur. Sambil menunggu pemberangkatan ke Mina bisa sambil konsumsi snack berat. Sementara, untuk kantong kerikilnya nanti akan kita gunakan saat melakukan lontar jumrah di Mina,” sambungnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved