Berita Lombok

Sosok Ahmad Tantawi, Aktivis HMI yang Turun Gunung Jadi Caleg DPRD Provinsi NTB

Ahmad Tantawi membidik kursi DPRD Provinsi NTB dari dapil 7 Lombok Tengah.Selama perjalanan menjadi aktivis, ia bersyukur semua jenjang telah dilalui.

Penulis: Sinto | Editor: Muhammad Nasir
Dok.Istimewa
Calon Anggota DPRD Provinsi NTB Ahmad Tantawi 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Ahmad Tantawi merupakan aktivis tulen yang kini masuk ke gelanggang politik sebagai calon anggota DPRD Provinsi NTB dapil 7 Lombok Tengah.

Ahmad Tantawi merupakan anak bungsu dari delapan saudara dari pasangan almarhum Amaq Waridah dan Jamidah/Inaq Waridah.

Pria kelahiran 31 Desember 1985 ini tumbuh besar sebagai seorang aktivis yang dimulai dari ketua umum HMI komisariat Hukum Universitas Mataram tahun 2005.

Kemampuan leadership yang dimiliki membuat karir organisasi Ahmad Tantawi di HMI terus melesat.

Mulai dari sekretaris umum HMI Cabang Mataram, wasekjen bidang Polhankam PB HMI, hingga akhirnya diberikan amanah sebagai kepala bidang hubungan internasional PB HMI pada tahun 2013.

Baca juga: Yatofa Bodak Lombok Tengah Labuhkan Dukungan ke Caleg DPR RI Partai Nasdem Kurtubi

Sebagai Kabid hubungan internasional PB HMI, Ahmad Tantawi menjadi delegasi Indonesia di berbagai negara mulai dari Malaysia, China, Thailand dan Rusia

Saat ini Ahmad Tantawi dipercaya sebagai tenaga ahli Anggota DPR RI HM Syamsul Luthfi fraksi partai Nasdem tahun 2019-2024.

Hingga akhirnya pria tiga anak ini memutuskan untuk maju sebagai calon anggota DPRD Provinsi NTB Nomor urut 5 pada pemilihan legislatif 2024.

Pria yang akrab disapa Owie ini menjelaskan, selama perjalanan menjadi aktivis, ia bersyukur semua jenjang telah dilalui.

Mulai dari turun ke jalan, diskusi secara intelektual, berdialektika hingga menyusun ideologi politik dan strategi telah ia lalui, mulai dari yang paling dasar hingga level pengurus besar.

"Demo depan kantor dewan provinsi, DPR RI, kantor Gubernur, kantor istana negara hampir semuanya dilalui. Dialektika itu muncul dan tumbuh dengan sendirinya sehingga pilihan menjadi politisi bukan tiba-tiba karena pengaruh dari circle pergaulan saya banyak di tataran politisi," jelas Owie saat diwawancarai Tribun Lombok di kediamannya di Kopang, Lombok Tengah, Kamis (1/1/2024)

Meskipun karir Ahmad Tantawi cukup mentereng, namun tidak dengan masa kecilnya.

Ia lahir di kampung yang belum masuk aliran listrik pada tahun 1985. Tanggal lahirnya tidak diketahui karena orang tuanya tidak sekolah. Sehingga tanggal lahirnya harus dibuat menjadi tanggal 31 Desember.

Ayah Ahmad Tantawi merupakan seorang kusir dokar dan penjual genteng. Sedangkan ibunya sehari-hari merupakan pedagang sayur dan petani serabutan.

"Sehingga saya saat kecil tumbuh dari keluarga yang berada di garis kemiskinan. Jadi ya pernah lapar, pernah tidak bisa makan, pernah lauknya terasi yang dibakar, hanya modal kerupuk. Jadi saya lahir dari keluarga yang tidak berada," imbuh suami dari Manal Binti TGH Hudatullah ini.

Meski demikian Ahmad Tantawi bersyukur karena punya keluarga besar dan tujuh saudara hingga bisa sampai di titik ini.

Pernah merasakan asam garam kehidupan, membuat Ahmad Tantawi muda ingin mengubah nasib hidupnya.

Ahmad Tantawi pun ke Jakarta pada tahun 2009 berkat ketekunannya menjadi aktivis dengan jabatan terakhir saat itu sebagai sekretaris umum HMI Cabang Mataram.

Dari awal Ahmad Tantawi memang sudah niatkan ke Jakarta untuk mengabdi sebagai pengurus PB HMI.

"Waktu itu pertama kali ke Jakarta melamar sebagai legal officer Merpati Airlines. Tapi Alhamdulillah tidak lulus karena saat tes terakhir saya telat karena tidak tahu jalan. Biasa Jakarta. Sehingga ada peluang PB HMI karena ingin jadi pengurus Alhamdulillah bisa dilantik," beber Ahmad Tantawi.

Ahmad Tantawi mengaku tidak banyak mengikuti organisasi di luar HMI namun ia banyak di aktivitas sosial pendidikan. Ia sempat mengajar anak-anak terminal di Musala Bertais selama dua tahun.

Soal cita-cita besarnya Ahmad Tantawi mengaku lebih suka mengalir saja.

"Dulu saya ingin jadi advokat tapi tidak direstui orang tua. Ingin jadi guru dan sempat jadi guru setahun ternyata tidak cocok. Ternyata yang lebih cocok di dunia politik karena tumbuh dan besar di pergaulan politik. Sehingga cita-cita paling besar itu berjuang di jalur politik memperjuangkan idealisme sebagai aktivis," pungkas Ahmad Tantawi.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved