Kenalan dengan Tobias Janko, Bule Jerman yang Fasih Bahasa Sasak dan Indonesia
- Ada yang menarik dalam sela-sela kunjungan tim TribunLombok.com ke Gili Trawangan pada Minggu (21/1/2024).
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Ada yang menarik dalam sela-sela kunjungan tim TribunLombok.com ke Gili Trawangan pada Minggu (21/1/2024).
Di atas kapal cepat Wonderlust terdengar sapaan tak asing dari salah seorang wisatawan mancanegara "Hai Apa kabar?" ucap sorang pria bernama Tobi Janko.
Usut punya usut, Tobi sapaan akrabnya rupanya jago berbahasa Sasak dan juga bahasa Indonesia.
Baca juga: Asiknya Menginap di Frii Resort, Tawarkan Sensasi Bebas Nikmati Alam Gili Trawangan
Hal ini lantaran Tobi sendiri telah menetap di Lombok Barat selama 11 tahun. Bahkan, sampai dirinya membangun sebuah bisnis penginapan.
Diperkenalkannya dirinya menggunakan bahasa Indonesia, sesekali dipadukan juga dengan bahas Sasak yang membuat lepas obrolan dalam perjalanan tim TribunLombok ke Pelabuhan Bangsal.
"Nama saya Tobi Janko, warga Jerman, aku (saya) 11 tahun irup lek Lombok (hidup di Lombok)," katanya.
Bukan tanpa alasan, Tobi mulai menekuni bahasa Sasak dan Indonesia itu lantaran ada rasa cintanya terhadap pulau yang dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid ini.
Bahkan dia mengaku, di antara pulau lain yang pernah dia kunjungi, seperti Bali hingga NTT, Lombok lah yang membuatnya jatuh cinta.
Tak ayal, dirinya juga kerap kali mengeksplorasi keindahan alam Lombok, sebut saja dari Gili hingga ke Rinjani.
Sesekali demi menunjukkan rasa cintanya terhadap Lombok dan Indonesia, Tobi juga menunjukkan Instagram pribadinya yang juga diberi nama Tobi_Lombok.
Baca juga: Lombok Masuk Daftar Destinasi Wisata Alam Terbaik Dunia 2024
"Saya senang traveling, banyak daerah bahkan negara yang saya kunjungi, justru Lombok ini yang buat saya jatuh cinta," ungkapnya.
Dikatakannya, sejumlah destinasi yang menjadi andalan baginya adalah Gili Kondo, Sembalun, hingga dengan Gunung Rinjani.
Tobi menghabisi 11 tahun hidupnya jauh dari orang tau yang berada di Jerman. Ia hanya pulang sekali dalam setahun yakni hanya pada momen natal saja.
"Selebihnya orang tua saya yang ke sini (Lombok)," katanya.
Tobi juga berpesan, keindahan yang dimiliki Lombok sudah luar biasa, hingga dia berharap apa yang sudah bagus harus dipertahankan. Terlebih konsep wisata yang berbasis alam seperti di Sembalun dan Rinjaninya.
"Jadi kalau bisa itu dipertahankan, jangan dibeton-beton lagi, atau ditambah pembangunan yang bisa merusak alam," tutupnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.