Musim Hujan namun Suhu Tetap Panas di NTB, BMKG Ungkap Penyebabnya
Meski sudah memasuki musim penghujan seperti saat ini, namun warga di Nusa Tenggara Barat (NTB), tetap merasakan suhu panas. Ini penjelasan BMKG.
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Meski sudah memasuki musim penghujan seperti saat ini, namun warga di Nusa Tenggara Barat (NTB), tetap merasakan suhu panas.
Menanggapi kondisi tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Mataram, memberikan penjelasan mengenai kondisi tersebut.
Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pratama BMKG Mataram Cakra Mahasurya mengatakan, kondisi tersebut disebabkan karena pelepasan suhu panas dari awan.
"Karena awan berubah dari fase gas ke fase air kemudian melepaskan panas, sehingga panas itu yang membuat kita gerah," kata Cakra, Senin (8/1/2024).
Baca juga: Musim Penghujan Tidak Berlangsung Lama di NTB, Ini Penjelasan BMKG
Selain karena pelepasan suhu, kondisi tersebut juga disebabkan karena ada tutupan awan yang membuat panas terperangkap antara awan dan bumi.
"Misal kalau kita di dalam rumah, ada kaca itukan akan panas kalau kita tidak buka kaca itu analoginya seperti itu," kata Cakra.
Menurut Cakra kondisi tersebut normal terjadi, hal tersebut merupakan transisi perubahan cuaca dari panas ke musim penghujan. Cakra juga mengatakan, kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di NTB, namun secara global.
"Jadi bukan kita saja, di dunia tahun 2023 merupakan tahun terpanas suhunya," katanya.
BMKG memprediksi saat ini durasi musim penghujan mengalami pengurangan akibat dari El Nino, yang semula pada Desember hingga Januari sudah memasuki puncak musim penghujan.
Baca juga: WASPADA Cuaca Ekstrem di NTB, 2 Remaja Tenggelam dan Seorang Pengendara Motor Tertimpa Pohon
Namun, saat ini masih ada daerah yang belum disentuh oleh hujan, hal tersebut tentu berdampak pada musim tanam petani.
Mundurnya musim penghujan akibat El Nino tersebut, tidak membuat Pemerintah NTB menurunkan target produksi gabah kering sebesar 1,3 juta ton untuk tahun 2024.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.