Wawancara Khusus

Menkominfo Budi Arie Setiadi: IP Address Starlink Harus dari Indonesia

Menteri Budi juga menyebut bahwa teknologi Starlink ini cocok untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia.

|
Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS/RIDHO HENDRIKOS
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi saat wawancara dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan jaringan internet berbasis satelit, Starlink menjadi sebuah terobosan di era informasi telekomunikasi yang terus berkembang maju.

Menteri Budi juga menyebut, bahwa teknologi Starlink ini cocok untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia.

Baca juga: Menkominfo Budi Arie Setiadi Akan Babat Habis Praktik Judi Online

Apalagi, pemanfaatan satelit LEO yang berjarak kurang lebih 300 Km dari permukaan bumi memungkinkan pancarannya bisa menembus wilayah-wilayah yang sulit terjangkau sebelumnya.

Hal itu disampaikan Budi yang juga Ketua Relawan Pro Jokowi (Projo), saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Kemenkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (5/10/2023). Berikut petikannya.

Pak Menteri, bisa cerita sedikit mengenai Starlink, bagaimana ini bisa menjelaskan kepada publik tentang Starlink?

Ya suatu teknologi baru, disrupsi di mana teknologi ini memungkinkan dari satelit Leo yang berorbit, yang ketinggian 300 km, sehingga pancaraan internet, dan memang ini cocok sebenarnya (kondisi Indonesia).

Teknologi seluler kita ini kan atau akses konektivitas internet kita itu di mungkinkan satu, oleh fiber optik, kedua dengan seluller broadband, jadi mulai dari fiber optik, broadband, ketiga satelit.

Nah ini ada gabungan lagi namanya Fixed Mobile Convergence, penggabungan dari semua sistem ini.

Nah ini kan, Indonesia masih menghadapi tantangan karena kita kecepatan internet kita mohon maaf masih agak rendah dibandingkan dengan negara lain.

Kita di angka 22 Mbps, nah untuk menjadi negara maju kita harus lompat menjadi soal berapa keperluannya kecepetan itu penting. Jadi selain iklim ekosistem industri yang sehat, kualitas kecepatan internet juga harus memadai.

Indonesia saat ini baru di angka 78-82 persen internet di Indonesia. Jadi masih sekitar 20 persenan.

Kasarnya, rakyat Indonesia belum memperoleh bisa mengakses konektivitas internet atau digital di Indonesia. Nah itu pekerjaan rumah kita, termasuk Kominfo fokus di daerah-daerah 3T di mana banyak infrastruktur yang belum memadai untuk melayani masyarakat di sana.

Nah itu tugas kita, negara hadir untuk itu. Kalau kota relatif oke, speed-nya akan ditambah lagi, dan saya yakin dan optimistis, karena teknologi ini kan berkembang maju sekarang ada teknologi baru yang namanya wireless akses, itu jangkauannya semakin jauh.

Untuk kawasan IKN ini mau yang kita pakai yang mana ini. Atau mix dari ketiganya?

Nah itu teknologi kita serahkan kepada Telkom Indonesia, tapi kita lihat fiber optik sampai broadband, ya tetap saja seluler tetap kebutuhan.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved