Kisah Wahyu Ardis Pandya Berjualan Kukis: Awalnya di Kantin Sekolah, Kini Bidik Pasar Malaysia

Kukiku bikinan Ardi ke depan akan menggunakan tepung ubi hingga talas dari yang semula terigu sebagai cara memberdayakan petani lokal

TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Lalu Wahyu Ardis Pandya (20) menunjukkan kue kukis. Kukiku bikinan Ardi ke depan akan menggunakan tepung ubi hingga talas dari yang semula terigu sebagai cara memberdayakan petani lokal. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Hobi memasak membawa Lalu Wahyu Ardis Pandya (20) ke peta perekonomian regional Asia Tenggara.

Pemuda asal Desa Kilang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur ini membuat kue kukis yang kini dikenal dengan nama produk Kukiku.

Kudapan bikinan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini menarik minat NTB Mall untuk dipasarkan di Malaysia.

"Kemarin saya sempat dikontak NTB Mall, dua minggu lalu louncing ke Malaysia, makannya saya ditanya bisa nggak produknya dimasukkan supaya bisa dibawa ke Malasiya," ucap pemuda yang akrab disapa Ardis itu menjawab TribunLombok.com, Senin (18/9/2023).

Baca juga: Resep Kue Kacang Simpel, Ide Cemilan Pas Lebaran

Kini dia mulai serius dalam mengembangkan produk kuenya.

Saat ini Ardis sedang menggarap desain kemasan produk, mengurus NIB, dan uji BPOM.

Awalnya, Ardis memulai usahanya dari dapur rumahnya sendiri di tahun 2019.

Kukis buatannya lalu dijual keliling dengan dititip di kantin-kantin sekolah sampai akhirnya dia punya pelanggan tetap.

"Saat ini saya produksinya pas weekand saja mas, sabtu dan minggu, itupun cuman 500 pieces saja, namun alhamdulillah dari 2019 saya memulai sudah ada untungnya," katanya.

Baca juga: Kue Bantal Desa Gapuk Lombok Timur, Jajanan Tradisional yang Eksis Sejak Tahun 90-an

Ardis yang awalnya cuma modal tekad, kini sudah bisa raup omzet Rp 7,5 juta per bulan dengan keuntungan bersih Rp 3 juta.

Ardis mengaku banyak terbantu dari Universitas Mataram.

Dia kini ingin memberdayakan masyarakat sekitar rumahnya untuk melebarkan sayap usahanya.

Ada keinginan kuat Ardis untuk menggandeng petani lokal hingga Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai penyuplai bahan baku.

Di daerah asalnya petani ubi, talas, dan singkong bisa menyediakan hasil panennya yang dipakai Ardi untuk membuat tepung.

"Makanya saya mau beralih dari produksi yang menggunakan tepung terigu ke tepung singkong, ubi atau talas," katanya.

"Kalau sekarang kan saya sendiri, nantinya coba kita akan ajak para ibu-ibu di KWT atau juga masyarakat sekitar untuk memulai produksi yang lebih banyak, mudahan ke depan akan lebih banyak lagi keuntungan yang diperoleh," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved