Berita NTB
Aqua Dwipayana: Mewujudkan SDM Berakhlak Mulia di Sekolah Harus Libatkan Semua Pemangku Kepentingan
Menurut Dr Aqua Dwipayana, guru dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam berperilaku dan berakhlak mulia.
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Strategi komunikasi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berakhlak mulia harus melibatkan semua pemangku kepentingan, seperti guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah.
Hal tersebut menjadi kunci untuk mengakselerasi program dan upaya yang sangat penting ini.
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana mengatakan demikian menjelang Sharing Komunikasi dan Motivasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu pagi 6 September 2023.
Baca juga: Aqua Dwipayana Silaturahmi ke TribunLombok.com, Jadi Narasumber Podcast Hingga Memotivasi Karyawan
Dr Aqua akan berbicara di hadapan ratusan guru baik yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), maupun honorer di lingkungan Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) NTB.
Sharing Komunikasi dan Motivasi yang dikemas dalam kegiatan Seminar Nasional Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) NTB tersebut mengambil tema “Strategi Komunikasi untuk Mewujudkan SDM Berakhlak Mulia”.
Acara yang menghadirkan doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut digelar pada Rabu pagi 6 September 2023 di Ballroom Kantor Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Jl. Raden Puguh Praya-Puyung Lombok Tengah, NTB.
Menurut Dr Aqua Dwipayana, guru dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam berperilaku dan berakhlak mulia.
Mereka supaya menjaga sikap, kata-kata, dan tindakan mereka agar selalu mencerminkan nilai-nilai akhlak yang diinginkan.

“Integrasikan pelajaran tentang etika, moral, dan nilai-nilai akhlak ke dalam kurikulum. Gunakan contoh konkret dan relevan dalam pelajaran untuk membantu siswa memahami dan menginternalisasi konsep-konsep tersebut. Selenggarakan diskusi dalam kelas yang memungkinkan siswa untuk berbicara tentang isu-isu moral dan etika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Diskusi semacam ini dapat merangsang pemikiran kritis dan pemahaman yang lebih dalam tentang akhlak,” kata Dr Aqua Dwipayana menguraikan.
Lebih jauh pembicara laris itu juga mendorong perwujudan program pengembangan karakter di sekolah yang secara khusus dirancang untuk membentuk akhlak yang mulia.
Program ini dapat mencakup kegiatan ekstrakurikuler, lokakarya, dan proyek berbasis karakter.
Cerita, dongeng, atau studi kasus lanjut Dr Aqua Dwipayana, dapat digunakan untuk menggambarkan nilai-nilai akhlak dalam konteks yang mudah dimengerti oleh siswa.
Hal ini bisa membantu siswa mengidentifikasi dan menghubungkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
“Siswa perlu dibekali dengan keterampilan sosial yang baik, seperti empati, kerja sama, dan resolusi konflik. Guru dapat menggunakan peran-peran atau permainan peran untuk melatih keterampilan ini,” ucap Dr Aqua Dwipayana.
Pria ramah ini lebih jauh menjelaskan guru harus menjadi contoh yang baik dalam berperilaku dan berakhlak. Agar selalu menjaga sikap, kata-kata, dan tindakan mereka untuk mencerminkan nilai-nilai akhlak yang mulia seperti jujur, adil, sopan santun, dan empati.
“Guru juga harus menggunakan bahasa yang sopan dan santun dalam berkomunikasi dengan siswa. Hindari bahasa kasar, menghina, atau merendahkan yang bisa merusak nilai-nilai akhlak. Kemudian, selain pelajaran akademik, guru juga dapat mengadakan diskusi mengenai nilai-nilai etika dan moral. Diskusi ini dapat membantu siswa memahami pentingnya akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari,” kata Dr Aqua Dwipayana.
Lebih jauh disampaikan pria yang hobi silaturahim itu, guru dapat menggunakan cerita, contoh, atau kisah nyata untuk mengilustrasikan pentingnya berakhlak mulia. Ini dapat membantu siswa memahami konsep-konsep akhlak dengan lebih baik.
Sebagai pendidik, setiap guru harus memberikan umpan balik yang positif ketika siswa menunjukkan perilaku yang baik dan berakhlak mulia. “Ini akan memotivasi mereka untuk terus mempraktikkan nilai-nilai tersebut,” ucap Dr Aqua Dwipayana menegaskan.
Menghargai Setiap Guru
Selama ini Dr Aqua Dwipayana sangat menghormati semua guru. Pria yang sejak lahir hingga selesai SMA di Pematang Siantar, Sumatera Utara ini selalu menghargai setiap guru meski tidak pernah secara langsung mengajarinya.
"Guru adalah profesi yang sangat mulia. Semua orang bisa menjadi cerdas lahir dan batin adalah karena peran guru yang sangat dominan pada dirinya. Untuk itu sudah seharusnya setiap orang menghormati guru," pesan Dr Aqua Dwipayana.
Betapa mulianya pekerjaan yang dilakukan guru sehingga mantan wartawan di banyak media besar ini dengan tegas mengatakan bahwa para guru adalah ahli surga. Asal selalu ikhlas melaksanakan aktivitasnya dengan meniatkan sepenuhnya ibadah. Semata-mata karena Tuhan bukan yang lain.
Sikap Dr Aqua Dwipayana yang selalu menghormati para guru sekaligus sebagai teladan kepada kedua anaknya, Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana.
Pria rendah hati yang memiliki jaringan pertemanan sangat luas ini selalu berpesan kepada mereka agar menghargai para guru.
Tidak hanya menyampaikan pesan, Dr Aqua Dwipayana selalu menunjukkan keteladanan kepada kedua anaknya dengan menunjukkan contoh nyata menghormati guru. Mereka mencontoh sikap positifnya ini.
"Paling utama adalah menunjukkan keteladanan secara konsisten dengan selalu menghormati semua guru. Dengan berperilaku positif itu maka orang lain yang melihatnya akan mencontoh keteladanan tersebut," ujar Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat ini.
Antusias Sambut Undangan Guru
Selama ini Dr Aqua Dwipayana sangat sering memberikan Sharing Komunikasi dan motivasi kepada para guru. Ketika mendapat undangan untuk melakukan itu, pria yang telah memotivasi jutaan orang baik di Indonesia maupun puluhan negara tersebut dengan antusias menyambutnya.
Sebelum menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi, Dr Aqua Dwipayana selalu membayangkan wajah-wajah para guru yang secara terus-menerus tanpa mengenal lelah, selalu berusaha mencerdaskan bangsa. Pekerjaan mereka mulia sekali.
Saat memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi Dr Aqua Dwipayana melakukannya dengan semangat. Ketika sesi tanya-jawab, selain menyimak semua pertanyaan, juga menyerap seluruh inspirasi yang disampaikan mereka.
"Setiap memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan para guru, saya sering mendapatkan hal baru yang menarik. Semuanya merupakan pelajaran dan pengalaman berharga," ujar pria yang pernah secara khusus mengundang salah seorang guru SMA bersama istrinya dari Pematang Siantar untuk jalan-jalan ke Jakarta dan Bogor sekitarnya.
Dr Aqua Dwipayana selalu menyemangati para guru untuk totalitas mencintai dan melaksanakan profesinya. Dengan meniatkan seluruh aktivitasnya sebagai ibadah.
Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) itu sangat yakin jika para guru melaksanakan semua sarannya tersebut maka seluruh anak didik bakal melaksanakannya. Hasilnya secara signifikan terlihat pada perilaku, tutur kata, dan kecerdasan siswa-siswanya.
"Salah satu kebahagiaan para guru adalah saat melihat para anak didiknya sukses. Ada rasa syukur yang mendalam menyaksikan hal itu. Jerih payahnya selama ini membuahkan hasil," pungkas Dr Aqua Dwipayana.
Sejarah Pergunu
Pergunu adalah badan otonom NU yang menghimpun dan menaungi para guru, dosen, don ustadz. Secara organisasi, Pergunu dibentuk dari hasil Konferensi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU pada tahun 1952.
Konferensi merekomendasikan untuk membentuk organisasi guru NU. Selanjutnya, Ma’arif NU Surabaya yang diberi mandat untuk membentuknya berhasil mendirikan PC Pergunu Surabaya pada 1 Mei 1958.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU berhasil dibentuk pada 14 Februari 1959 dengan Ketua Umum Bashori Alwi.
Kongres pertamanya diadakan pada 17-20 Oktober 1959 yang diikuti 27 cabang dan Bashori Alwi kembali terpilih sebagai ketua umum.
Kongres kedua diselenggarakan pada 1966 dengan memilih Mardji’in Syam sebagai ketua umum, sekaligus terjadi perpindahan kantor pusat dari Surabaya ke Jakarta.
Pada 1968, Pergunu di Jawa Timur berhasil memperjuangkan 20.000 anggotanya menjadi guru negeri di Departemen Agama. Namun, organisasi ini surut setelah Pemerintah Orde Baru menyatukan berbagai organisasi profesi guru menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Pada era reformasi, Pergunu diaktifkan kembali. Sebuah diskusi kecil yang dimotori H. Abdul Latif Mansyur di Jombang menggagas ide tersebut.
Sambutan luas pun bergulir dan berproses sampai akhirnya pada 30-31 Maret 2002 terselenggara Musyawarah Guru Pergunu di Pesantren Amanatul Ummah, Surabaya.
Pertemuan ini menghasilkan kepengurusan Pergunu Wilayah Jawa Timur dan penetapan AD/ART, rekomendasi kepada PBNU, serta pembentukan tim formatur untuk membentuk Pengurus Pusat Pergunu.
Setelah melakukan pembentukan cabang-cabang, terutama di Jawa Timur, pada 15 Juli 2003 diselenggarakan pertemuan pembentukan PP Pergunu yang menghasilkan tiga orang pengurus inti harian Pergunu Pusat, yaitu: Drs. K.H. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum), H Kusnan A. (Sekretaris Jenderal), dan Drs. H. Choiruddin Ch. (Bendahara Umum). Mereka ditugasi menyempurnakan susunan PP Pergunu.
Dalam Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo (2004), PP Pergunu berjuang menjadikan Pergunu sebagai salah satu Badan Otonom NU. Tetapi, upaya ini belum berhasil. Baru pada Muktamar Makassar (2010), Pergunu ditetapkan menjadi salah satu Badan Otonom NU.
Pada awal berdirinya Pergunu merupakan alat Partai NU. Kini Pergunu mengusung paradigma baru, yaitu profesionalitas dan independensi, tidak berafiliasi dengan partai politik apa pun, dan sejalan dengan Khittah 1926 yang mengembalikan NU sebagai organisasi sosial keagamaan. Pergunu kini ikut membangun generasi muda NU melalui jalur pendidikan.
Visi
Mewujudkan keunggulan kompetitif dalam khidmah kebangsaan dan kecendikiawanan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Misi
- Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, jujur, adil, serta merata.
- Mewujudkan budaya pendidikan yang unggul kompetitif dalam iman, taqwa, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, berciri khas Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah.
- Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan untuk khidmah keumatan dan berjiwa kecendikiawanan.
- Berupaya membentuk budaya lembaga pendidikan unggulan berdasarkan nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah dan kebangsaan.
- Mewujudkan budaya lembaga pendidikan yang memiliki kepedulian sosial.
- Mewujudkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatka profesionalisme dan pengabdian.
Aqua Dwipayana
SDM berakhlak mulia
Universitas Padjadjaran
Kantor Bupati Lombok Tengah
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama
Pergunu NTB
Fashion Kota Bima dan Kriya Kabupaten Sumbawa Wakili NTB di Ajang Kreativesia Nasional 2025 |
![]() |
---|
20 Rekening Penerima PKH di Mataram Diketahui Digunakan untuk Judi Online |
![]() |
---|
DPD KAI NTB Gandeng FHISIP Unram Gelar PKPA, Diikuti 18 Peserta |
![]() |
---|
Pekan Depan Sekolah Rakyat untuk Jenjang SD di NTB Dimulai |
![]() |
---|
Pembangunan Bypass Sengkol-Pringgabaya Masuk Tahap Fisibility Study dan Amdal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.