Wawancara Khusus
Adian Napitupulu Yakin 100 Persen Jokowi Dukung Ganjar Pranowo
Keyakinan Adian itu setelah dirinya bertanya langsung kepada Presiden Jokowi saat kunjungan ke Pasar Parung, Bogor beberapa waktu lalu.
TRIBUNLOMBOK.COM - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu meyakini 100 persen bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal total memberikan dukungan kepada bakal calon presiden (Bacapres) 2024, Ganjar Pranowo.
Keyakinan Adian itu setelah dirinya bertanya langsung kepada Presiden Jokowi saat kunjungan ke Pasar Parung, Bogor beberapa waktu lalu.
Adian mendengar langsung bahwa Jokowi menyampaikan akan mendukung Ganjar Pranowo.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo dan Sebut Ganjar Pranowo Cukup Mampu Memimpin Indonesia
Hal itu diungkapkan Adian Napitupulu saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (10/8/2023). Berikut petikannya.
Bang Adian selama ini juga berkomunikasi aktif dengan Pak Jokowi, Abang melihat positioning Pak Jokowi itu gimana sih Bang terkait Pilpres 2024?
Gini ya, dalam satu kesempatan di Pasar Parung saya langsung tanya, ke beliau, dan sampai saat ini saya bercerita ke mana-mana, baik diwawancarai oleh media bagaimana ya saya ceritakan saja. Ya saya tanya ke beliau, dan beliau jawab Ganjar Pranowo.
Bahwa ada orang yang menafsirkan bahwa Pak Jokowi juga mengendorse Pak Prabowo kemudian disebut-sebut sebagai main di dua kaki, logis nggak menurut Abang analisa ini?
Eh, sebagai menteri Prabowo itu sering bertemu presiden, seperti di salah satu acara dia sopiri presiden. Ya sebagai menteri dan pembantu presiden ya dia bisa lakukan itu. Nggak mungkin presiden yang nyopiri gitu loh.
Artinya kalau kemudian dia menyopiri presiden lalu kemudian digoreng seolah-olah ini membuktikan tanda-tanda segala macam itu ya, menurut saya itu tidak mencerdaskan rakyat.
Lalu dia menteri membantu presiden dalam agenda-agenda terkait presiden minta didampingi, ya dia harus ikut. Kalau kemudian naik mobil bareng yang nyopir harus menteri bukan presidennya begitu itu tidak ada yang istimewa.
Jadi menurut Abang, firm Pak Jokowi tidak berada di dua sisi, di dua kaki, confirm ya?
Yang saya dengar dari ucapan Presiden, confirm 100 persen. Saya orang yang nggak mau membuang energi untuk menafsir-nafsirkan, maunya apa ya, maunya apa ya. Ada kesempatan saya tanya.
Abang percaya tidak dengar survei-survei yang ada sekarang, tidak percaya, setengah percaya atau percaya survei Bang?
Ada yang percaya, ada yang tidak. Karena dulu sempat ada peristiwa satu lembaga survei 2019 mensurvei begitu ditotal lebih dari 100 persen angkanya.
Itu kan ada, dan lembaga survei itu terdengar lagi sekarang ini. Seperti-seperti itu sulit kita percayalah.
Sejumlah lembaga survei selalu menempatkan Pak Prabowo di atas Mas Ganjar, apalagi PDIP setelah tanggal 21 April 2023 secara resmi mengumumkan Mas Ganjar sebagai Capres, menurut Abang bagaimana?
Kalau kita lihat dari lama kerja dan lama deklarasi, Prabowo sudah lebih lama sekitar 11,5 bulan yang lalu, Ganjar baru 21 April, baru beberapa bulan.
Artinya bahwa Prabowo berlari lebih jauh, atau berjalan lebih jauh ya karena dia start duluan saja. Tidak ada yang luar biasa.
Kalau kemudian surveinya 2 persen, 1,5 persen, 1 persen di atas Ganjar kalau 3 paslon seperti situasi hari ini, tidak ada yang istimewa. Tidak sesuatu yang luar biasa dan tidak sesuatu yang kita khawatirkan.
Menurut penilaian Abang sendiri, apalah perlu disegerakan partai mengumumkan siapa yang akan mendampingi Mas Ganjar sebagai cawapres. Itu menurut Abang perlu disegerakan atau melihat orang lain dulu?
Kita ini sedang memilih pemimpin negara yang akan memimpin negara seluas dan sekaya Indonesia dengan penduduk sangat banyak dengan segala keberagamannya.
Saya setuju dengan yang disampaikan presiden, jangan grasa-grusu dan hati-hati memilih pemimpin. Apa makna pesan hati-hati itu, ya lihat rekam jejaknya. Sebagai seorang politikus, ketika orang menginginkan jabatan dengan mengharapkan dukungan dari rakyat, jangan berjanji apapun.
Bagaimana menguji janji itu akan direalisasikan atau tidak, ya dari rekam jejaknya.

Jadi saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia, pilihlah siapapun itu yang mau kalian pilih, tapi periksa rekam jejak sebaik-baiknya. Karena itu akan menentukan nasib Indonesia dan nasib kita bersama 5 tahun ke depan.
Contohnya apa, kalau kemudian ada yang mantan koruptor mau jadi pemimpin kita setuju nggak? Nggak dong. Kenapa? Karena kita ingin Indonesia tidak ada korupsi, paling tidak korupsinya menjadi berkurang dari waktu sebelumnya.
Begitu juga kalau kita menginginkan negara tanpa kekerasan, jangan pernah memilih pemimpin yang pernah menggunakan kekerasan. Kalau kita ingin negara tanpa pelanggaran HAM, jangan pernah memilih pemimpin yang pernah melakukan pelanggaran HAM.
Inilah bentuk kehati-hatian. Kita Tidak memilih presiden satu dua hari untuk lima tahun. Kalau satu tahun mengelola sekitar Rp 2.400 triliun anggaran misalnya, berarti ada sekian besaran dana yang kita percayakan kepada eksekutif untuk dikelola.
Apakah kita percaya dana sebesar itu dikelola oleh kemudian oleh mantan koruptor ketika dia menjabat jadi presiden, kan tidak.
Nah ada sekian masyarakat Indonesia saat ini 280 juta jiwa dan segala macam keberagaman karakternya, latar belakang sosial dan sebagainya dan kita butuh pemimpin yang memang bisa mengayomi. Mau buat rakyat tenang.
Bukan pemimpin pemarah. Bukan pemimpin yang meledak-meledak, apalagi punya rekam jejak kekerasan, punya rekam jejak pelanggaran HAM dan sebagainya.
Nah kita kan negara dibangun seperti itu yang harus diserukan bersama-sama oleh teman-teman media adalah periksa rekam jejak seluruh calon presiden.
Bang kalau terkait dengan, tadi kita singgung soal cawapres. Buat Abang dan PDIP seberapa penting sosok calon wakil presiden?
Loh sangat penting dong, makanya kita tidak putuskan sesegera mungkin, Dipertimbangkan matang-matang, masak-masak. Pemimpin ini kan presiden dan wakil presiden yang saya maksudkan.
Kalau menurut pandangan Abang sendiri yang cocok mendampingi mas Ganjar modelnya seperti apa?
Waktu kita kongres terakhir kita bersepakat dalam kongres untuk menyerahkan itu 100 persen kepada ketua umum.
Jadi walaupun saya punya pandangan pribadi, saya punya harapan, saya punya keinginan, saya harus tunduk kepada komitmen kita buat beberapa tahun yang lalu dalam kongres dan saya tidak boleh mengingkarinya.
Bu Mega tentu tidak menutup diri dari masukan? Jadi apapun itu, kalaupun menjadi wacana boleh saja kan?
Tidak. Ada mekanisme memberikan masukan kepada ketua umum melalui struktur partai DPP dan sebagainya, tetapi tidak melalui publikasi media.
Jadi memang ada standar dan SOP-nya ya?
Iya dong, kita kan membuat sebuah partai ada strukturnya di dalamnya. Bagaimana mungkin kita tidak mempercayai mereka? Kita sepakati strukturnya begitu kita hormati. Bagaimana menghormatinya, ya mengikuti mekanisme struktural itu.
Kalau kemudian mau semua orang bicara suka-suka tentang keinginan dia, yang kasihan rakyat nanti bingung sendiri. Belum apa-apa sudah sebut nama. Sebut nama tidak boleh.
Bang Adian percaya tidak, bahwa endorsmen atau sikap politik dan posisi Pak Jokowi akan sangat menentukan siapa yang bakal menjadi pemenangan pada Pilpres 2024 mendatang?
Punya pengaruh iya, tetapi yang menentukan pada akhirnya adalah kedaulatan rakyat. Suara rakyat. Dia punya pengaruh, pasti dong. Dia presiden saat ini.
Jadi faktor apa yang mempengaruhi Pak Jokowi punya influens terkait itu?
Tingkat kepuasan rakyat sangat tinggi. Kepercayaan rakyat sangat tinggi.
Itu belum pernah dialami sejak kita melakukan pemilihan presiden secara langsung. Ini luar biasa menurut saya dan dampak yang adalah orang sangat percaya pada Jokowi.
Ada orang menyebut bahwa, Pak Jokowi tidak ikut cawe-cawe dalam Pilpres 2024. Menurut Abang gimana?
Cawe-cawe itu kan maknanya luas ya. Misalnya begini, ketika kemudian ada orang membawa nama dia kemana-mana nama Jokowi fotonya dipasang di mana mana, segala macam dengan membangun persepsi seolah-olah mendukung seseorang, ya presiden harus cawe-cawe dong dengan menegaskan itu bukan keinginan saya.
Presiden kan tidak pernah melarang fotonya dipasang siapa pun, tetapi kemudian kita melihat ada dalam kontestasi saat ini bagaimana kemudian presiden seolah-olah diganggu, kerjaan-kerjaan bersama dengan membawa-bawa dia seolah-olah kamu berpasangan dengan ini ya, kamu berpasangan dengan ini ya, kamu gabung disini ya, segala macem, seolah-olah semuanya atas perintah Presiden. Menurut saya itu tidak bagus buat presiden.
Biarkan saja dia punya tugas besar, tugas tugas yang harus diahiri dengan sangat bagus. Jangan disibukkan dengan hal-hal remeh temeh begitu. Perintah presiden gabung ke sana minta persiden kamu ke sini.
Itu sebenarnya hanya klaim ya Bang?
Klaim, persepsi, ya ngaku ngaku.
Tapi sepanjang Abang tahu, Presiden tidak punya niatan atau gerakan seperti itu ya?
Enggak. Saya tanya, saya tanya ke Pak Presiden. ‘Bapak ke mana nanti Pak?’ Setelah begini-begini, oke. Setelah Bapak begitu-begitu, bapak kemana?
Ganjar Pranowo. Dia bisa berdalih dengan banyak argumentasi lain, kita menunggu survei, kita menunggu koalisi, tidak. Dia menyebut Ganjar Pranowo, clear di telinga saya.
Tapi dia tidak menyodorkan pilihan Cawapres?
Menyampaikan, yang terbaik adalah si ini dan si ini, beliau sampaikan. Tapi tidak bisa saya sampaikan ke publik.
Tahu bahwa beliau memberikan saran begitu?
Betul.
Dan menurut Abang, pemberian saran ini termasuk cawe-cawe enggak?
Nggak dong. Saya ini kader partai, dia kader partai. Dia menjadi problem kalau dia menyampaikan terbuka. Sebagai presiden RI saya mendukung si ini, si itu.
Tidak dong. Karena dia adalah presiden bagi seluruh rakyat Indonesia. Presiden bagi seluruh rakyat yang bergabung di partai mana pun, tapi dia sama saya sebagai sesama kader partai, bisa dong kita berbicara dari hati ke hati.
Kalau selama ini, Pak Jokowi memberikan rekomendasi, apa itu juga kemudian Bu Mega akan memperhatikan masukan-masukan yang seperti itu?
Begini, Ibu Ketum kami ini orang yang sangat bijaksana. Dia tidak lahir tiba-tiba dalam posisi sekarang. Melewati proses yang luar biasa, kerasanya, dan saya percaya tidak pernah dilewati oleh ketum parpol lain di manapun di Indonesia ini.
Dari proses perjalanan itu saya percaya dia itu pengambil keputusan betul-betul lewat kontemplasi yang mendalam pemikiran yang mendalam dan sebagainya.
Lalu kalau pertanyaannya apakah dia mau mendengarkan Presiden Jokowi saat memberikan masukan, jangankan presiden, pembicara-pembicara diskusi itu saja dia dengarkan. Dia juga sering nonton YouTube, dia baca, dia lihat yang lain dan itu menjadi masukan dibuat dia. Apalagi yang disampaikan oleh seorang Presiden, pasti dia dengarkan.
Kalau boleh saya tahu, selama ini menurut pengetahuan Abang, apakah hubungan komunikasi Bu Mega dan Pak Jokowi itu oke-oke saja atau bagaimana?
Sangat oke-oke saja. Sangat baik-baik saja. Tidak ada tuh yang diembuskan di luar. Ini kan embusan-embusan tidak bertanggung jawab untuk memecah belah kami.
Tapi kami sampaikan upaya-upaya itu akan gagal. Upaya untuk memisahkan antara PDIP dengan Jokowi. Antara ketua umum dengan Jokowi. Antara Jokowi dengan kami. Segala macam itu pasti akan gagal.
Upaya yang sama sudah dilakukan berkali-kali kepada PDIP, dari puluhan tahun yang lalu. Dan sejarah mengatakan upaya itu akan gagal. Berkali-kali coba dan berkali-kali gagal. Kalau ada orang tidak percaya dan mencobanya silakan kalau mau menikmati kegagalan lagi.
Selama proses komunikasi Pak Jokowi dengan Bu Mega, tentu akan ada dinamikanya. Tentu dong antar dua orang pasti ada dinamikanya. Apakah dinamika-dinamika itu sampai pada dinamika yang sangat prinsipil, artinya ada perbedaan pendapat?
Jadi begini, dinamika antar anak SD dengan SD, dinamika antar anak SMP dengan SMP, dinamika mahasiswa dengan mahasiswa, dan dinamika para pemimpin negara dengan pemimpin negara tentunya tidak samalah.
Bagaimana mereka berkomunikasi, menggunakan pilihan diksi, kata, kalimat, pasti jauh lebih dewasa dan bijaksana. Itu pastilah, jangan dibayangkan dinamika seperti dinamika anak SMP atau lulus SMA, dikuasai emosi, tidak.
Ini dinamika antar pemimpin negara. Dinamika mantan presiden dan presiden. Dinamika antar ketum parpol dan kadernya, yang sekarang menjadi presiden dan tentunya dinamika dewasa bijaksana dan semuanya penuh orientasi kebangasaan.
Ada banyak pengamat yang mengatakan bahwa PDIP menjaga betul pak Ganjar ini supaya betul-betul menjadi petugas partai yang tegak lurus, tidak seperti misalnya lebih bebas ketika era Pak Jokowi dulu?
Ganjar Pranowo itu pernah menjadi anggota DPR. Artinya dia berkomunikasi dengan banyak orang.
Lalu menjadi Gubernur dia berkomunikasi dengan sangat banyak orang sebagai politikus dan kader PDI Perjuangan dia tahu mana yang boleh, mana tidak memadai sesuai kebijakan dan langkah partai dia tahu dan tidak ada larangan hingga saat ini.
Yang melarang siapa banyak orang yang bilang 'Wah Pak Ganjar dikekang', buktinya mana. Kasih buktinya dong. Apa ada borgolnya, rantainya, ada talinya segala macem, buktikan lah. Kalau kita menghabiskan usia kita memperdebatkan desas-desus, rumor yang tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak ada bukti, ngapain.
Buktinya sederhana, ada tidak pengawalan yang luar biasa untuk Ganjar selama ini. Didampingi ke mana-mana tidak ada. Ketika dia turun ke rakyat, siapapun bisa bersalaman dengan dia, bercakap- cakap menyapa, bercakap-kacap dengan dia, sampai hari ini misalnya dia di Jateng bergantian orang datang dari segalam macem latar belakang.
Saya bisa kumpulkan banyak banget foto deh, nah ini kan ada cerita yang sengaja di bangun seolah-olah dia itu dilarang, dari mana.
Petugas partai tidak cuma Ganjar. Saya petugas partai. Ketum juga petugas partai. Jokowi perugas partai. Pertanyaannya, kita ada tidak petugas partai dari PDIP yang mendapatkan kepercayaan publik mencapai 82 persen? Ada, siapa namanya? Jokowi. Ada tidak yang mendapat kepuasan sampai 80 persen? Ada. Namanya siapa? Jokowi.
Artinya sebagai petugas partai, Jokowi disukai rakyat. Jokowi, rakyat puas pada kerja-kerjanya. Artinya apa, kepercayaan rakyat itu bukan pada istilah terminologi petugas partai, tetapi pada kerjanya, programnya, pada apa yang dilakukan.
Ada yang mengklaim, petugas rakyat. Loh, rakyat belum menugaskan dia kok sudah mengklaim sudah menjadi petugas rakyat. Yang menugaskan dia sebagai Capres, itu rakyat atau partai.
Partai, ya petugas partai dong. Dia bukan petugas rakyat. Bagaimana mekanisme untuk mengambil keputusan bahwa rakyat mengambil dia sebagai capres, tidak ada. Itu kan tidak logis.
Biasa aja, masalahnya di mana. Nanti kita akan urai dalam visi misi. Di visi misi itu nanti akan diuji pemikiran, diuji ide, diuji orientasi, diuji tujuannya.
Dulu visi misi yang diperjuangkan Presiden Jokowi beda jauh dan bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Pak Prabowo di 2014 maupun 2019. Sekarang terbukti, bahwa yang benar adalah visi misi yang dibawa oleh Jokowi.
Dan visi misi yang dibawa oleh Jokowi ini dirumuskan oleh salah satunya PDIP. Dan visi misi yang dirumuskan PDIP itu kemudian disetujui oleh Prabowo dengan bersedia menjadi menterinya Presiden.
Lah nanti kita lihat, jangan diperdebatkan istilahnya, perdebatkan isinya, substansinya, programnya, ide-idenya, pemikirannya di debat visi misi. (Tribun Network/yuda)
Menkominfo Budi Arie Setiadi: IP Address Starlink Harus dari Indonesia |
![]() |
---|
Menkominfo Budi Arie Setiadi Akan Babat Habis Praktik Judi Online |
![]() |
---|
Ketua TPN Ganjar Presiden Arsjad Rasjid: Bu Mega Memiliki Prinsip Bukan Transaksional |
![]() |
---|
Zulkieflimansyah: Kami Tidak Menyandera Diri untuk Jadi Gubernur NTB Periode Kedua |
![]() |
---|
Zulkieflimansyah: Kami Tidak Merasa Terbebani Apa-apa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.