BKKBN Ungkap Penyebab Stunting di NTB: Perkawinan di Bawah Umur, Jarak Kehamilan, Hingga Jumlah Anak

NTB mematok target penurunan angka stunting hingga 2 persen, yakni dari 16 persen menjadi 14 persen

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo memberikan penghargaan kepada Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Fud Syaifuddin, di Mataram, Kamis (10/8/2023). 

Laporan wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan, penyebab tingginya angka stunting di NTB disebabkan masih tingginya angka perkawinan di bawah umur.

Selain itu jarak kehamilan yang tidak teratur serta jumlah anak.

"Sebetulnya tiga anak tidak apa apa tapi jaraknya diatur, karena yang membuat stunting bukan semata-mata jumlahnya tetapi jaraknya," kata Hasto di Mataram, Kamis (10/8/2023).

Hasto berharap, jarak kehamilan serta jumlah anak bisa diatur guna mencegah terjadinya stunting disertai pola asuh yang benar.

Baca juga: Desa Bilebante Lombok Tengah Juara 1 Nasional Kreasi Menu Bergizi untuk Penurunan Stunting

Data terakhir kasus stunting di NTB masih di angka 16 persen.

Wakil Gubernur NTB Hj Siti Rohmi Djalilah, optimis penurunan angka stunting hingga 14 persen bisa tercapai 2023 ini.

Ketua Tim Penurunan Pencegahan Stunting (TPPS) tingkat Provinsi NTB ini, validasi data menjadi hal yang sangat penting untuk mengetahui jumlah sebenarnya angka stunting tersebut.

Sehingga saat ini, setiap Posyandu yang ada di masing-masing lingkungan dan dusun data balitanya sudah bisa diakses.

Hal inilah yang nantinya akan menjadi acuan penurunan angka stunting.

Baca juga: Megawati Minta Turunkan Stunting hingga Nol Persen, Tribun Beri Penghargaan bagi Tokoh Penggerak

"Data Posyandu kita sudah aktif, kita punya data by name by adress kita kroscek itu data," jelas Rohmi, Kamis (10/8/2023).

Selain perbaikan data, langkah-langkah nyata yang selalu dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui Posyandu keluarga.

Perbaikan gizi dengan pemberian makanan tambah gencar dilakukan.

Dikatakan Rohmi, dampaknya sudah terlihat anak anak di berbagai wilayah di NTB beratnya menjadi meningkat dan tinggi badannya terus bertambah.

"Perbaikan status gizi jadi keliatan penambahan berat badannya, anak anak kita kemudian tinggi badannya lebih terpantau," kata Wagub NTB tersebut.

Rohmi secara tegas mengatakan, bahwa dalam penanganan stunting jangan terfokus pada angka saja.

Namun tentunya melakukan upaya upaya bagaimana anak anak di NTB bisa sehat.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved