Cuaca Ekstrem

Gelombang Panas Memicu Kekeringan yang Meluas di Danau Tertinggi di Dunia

Danau ini berada di Pegunungan Andes, Amerika Selatan hingga menjadikannya sebagai danau yang terletak di daerah tertinggi di dunia.

Editor: Dion DB Putra
AFP/JUAN CARLOS CISNEROS
Warga pulau Uros dan Taquile di Danau Titicaca, yang berbatasan dengan Bolivia, tiba di kota Puno, Peru, untuk ikut serta dalam aksi protes menentang pemerintahan Dina Bolartue yang menuntut pengunduran diri dan penutupan Kongres pada 24 Januari 2023. Danau itu mulai mengering. 

TRIBUNLOMBOK.COM, HUARINA -Dampak gelombang panas sungguh mencemaskan. Kabar terkini gelombang panas telah memicu kekeringan yang semakin meluas di Danau Titicaca.

Danau ini berada di Pegunungan Andes, Amerika Selatan hingga menjadikannya sebagai danau yang terletak di daerah tertinggi di dunia.

Dilaporkan, tepian darat dan dalaman Danau Titicaca terus menyusut belakangan ini.

Baca juga: Gelombang Panas Landa Eropa: 1.063 Orang Tewas, Runway Meleleh dan Bandara Rusak

Kondisi tersebut memicu kekhawatiran bahwa cara hidup yang telah lama ada di sekitar danau terbesar kedua di Amerika Selatan ini mulai lenyap.

Gelombang panas yang brutal telah merusak musim dingin di belahan bumi selatan.

Seperti banyak tempat lain yang mengalami dampak mematikan akibat perubahan iklim, danau air tawar luas yang terletak di perbatasan Bolivia dan Peru itu kini memiliki permukaan air yang mendekati titik terendah sepanjang masa.

Secara global, Juli 2023 adalah bulan terpanas yang pernah tercatat, ketika musim kemarau yang berkepanjangan membawa dampak yang sangat besar bagi manusia dan hewan.

"Titicaca hanya berjarak 30 cm dari rekor terendahnya pada 1996 akibat kekeringan parah," kata Lucia Walper, seorang pejabat dari dinas hidrologi dan meteorologi Bolivia, Jumat (4/8/2023), dikutip dari Reuters.

Dia menambahkan kekeringan dapat berlangsung hingga November 2023 di beberapa bagian negara tersebut.

Para petani di komunitas Huarina yang berdekatan sangat membutuhkan bantuan. "Lihatlah, daerah ini benar-benar kering. Tidak ada air," kata Isabel Apaza.

"Saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan lagi karena kami tidak punya makanan untuk sapi atau domba kami," ucapnya.

Menurut para ahli di Universitas Teknik Oruro, Bolivia, perairan Danau Titicaca selama beberapa dekade terakhir mengalami pasang surut pada ketinggian sekitar 3.800 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang membuatnya semakin rentan terhadap penguapan akibat radiasi matahari.

Di sepanjang tepian darat danau yang membentang luas, daerah yang dulunya subur kini telah berubah menjadi debu. "Ini seperti bumi yang terbakar," keluh pemimpin Huarina, Gabriel Flores.

Kekeringan bersejarah di Amerika Selatan juga telah menghantam sektor pertanian penting di negara tetangga Argentina, sehingga mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meramalkan kontraksi ekonomi sebesar 2,5 persen tahun ini.

Sementara itu, di Uruguay, Waduk Canelon Grande, sumber utama air minum untuk ibu kota Montevideo, menyusut pada bulan Juni karena permukaan airnya turun sangat rendah sehingga rumput menutupi sebagian besar dasar danau.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Titicaca, Danau Tertinggi di Dunia Mengering, Penduduk Sekitar Kebingungan

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved