Berita Bima

Petani Lebih Tertarik Tanam Jagung, Produksi Padi di Kabupaten Bima Menyusut

Penyebabnya, minat petani di Kabupaten Bima yang beralih ke jagung karena lebih menjanjikan dibandingkan menanam padi.

|
Penulis: Atina | Editor: Dion DB Putra
TRIBUNLOMBOK.COM/ATINA
Komoditi jagung 10 tahun terakhir menjadi primadona petani di Bima untuk memanen rupiah, namun persoalan lain mengancam karena produksi beras menurun dan berakibat pada krisis pangan. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Dalam 10 tahun mendatang, Kabupaten Bima diperkirakan terancam krisis pangan terutama padi.

Penyebabnya, minat petani di Kabupaten Bima yang beralih ke jagung karena lebih menjanjikan dibandingkan menanam padi.

Baca juga: Bioteknologi DK95R Solusi Bagi Petani Jagung di Dompu, Produksi Meningkat Tanpa Tambah Lahan

Dalam catatan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima, kondisi menurunnya produksi padi di Kabupaten Bima sudah berlangsung 3 tahun terakhir.

Alih fungsi lahan yang sebelumnya ditanami padi, kini menjadi lahan menanam jagung, bawang merah dan kedelai.

"Dari tiga tanaman itu, para petani padi kita kebanyakan beralih jadi petani jagung," ungkap Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertanbun) Kabupaten Bima, Chairul Munir, Senin (31/7/2023).

Akibatnya, dalam setahun Kabupaten Bima hanya mampu produksi sekitar 2 hingga 3 ribu ton gabah kering.

Kondisi ini berbeda sebelum komoditi jagung menjadi primadona, Kabupaten Bima bisa menghasilkan gabah sekitar 60 ribu ton.

"Juah kan perbedaan angka produksinya. Apa boleh buat, begitu lah realita yang terjadi di lapangan sejak jagung jadi primadona di Bima," ujarnya.

Chairul mengatakan, alih fungsi lahan tanam ini hampir merata dilakukan petani pada semua kecamatan.

Namun paling banyak ditemukan di lahan pertanian Kecamatan Bolo, Madapangga, Sape, Monta hingga Kecamatan Ambalawi.

"Mereka termotivasi tanam jagung, karena hasilnya menjanjikan daripada padi. Padahal jika kita dipikirkan, malah kebalikan dari itu," bebernya.

Jika tren peralihan lahan tanam ini terus berlanjut hingga 10 tahun ke depan, Kabupaten Bima dikhawatirkan akan mengalami krisis pangan.

Stok beras akan terganggu sehingga memaksa pemerintah mendatangkan beras dari daerah lain.

"Bisa jadi kita nanti datangkan beras dari daerah lain, tidak ada yang tidak mungkin. Jika para petani kita terus menerus tanam jagung, lima hingga sepuluh tahun ke depan," ungkapnya.

Chairul mengaku, pihaknya tidak bisa berbuat banyak, kecuali gelar sosialisasi dan mengedukasi para petani.

Petani diberikan banyak edukasi, mulai dari anjuran tanam padi hingga potensi penghasilan yang diperoleh.

"Sudah sering kami sosialisasi ke petani soal ini bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Hasilnya itu-itu aja, petani kita malah tetap fokus tanam jagung," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved