Opini

Sejarah Penjarahan 'Harta Karun' Kerajaan Lombok

Benda berharga yang memuat sejarah kejayaan Nusantara ini memang ditemukan di Cakranegara, ketika Puri Ukir Kawi dijarah dan dihancurkan oleh Belanda.

|
Editor: Sirtupillaili
Dok.LHSS/Cewin
Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia. 

Oleh: Tim Lombok Heritage and Science Society (LHSS)

Tahukah anda, tanpa Lombok maungkin bangsa ini tidak akan pernah mengetahui kisah Majapahit?

Sadarkah anda bahwa kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca yang termashur itu ditemukan di Puri Cakranegara alias Puri Ukir Kawi?

Benda berharga yang memuat sejarah kejayaan Nusantara ini memang ditemukan di Cakranegara, ketika Puri Ukir Kawi dijarah dan dihancurkan oleh Belanda.

Seluruh benda berharga yang ada di puri ini diangkut dan disimpan di museum-museum di Belanda.

Dalam Buku De Lombok Expeditie (1896), Wouter Cool menceritakan bagaimana rangkaian kisah tersebut terjadi.

Pada tanggal 19 November 1894, jam 5.30 pagi, tulis Cool, satu kolom pasukan di bawah pimpinan Jenderal Segov berangkat dari Kapitan.

Pasukan ini terdiri dari Batalion 2 dan 6, serta 3 kompi dari Batalion 7, 1 kompi Batalion 11 dan 2 kompi Barisan Bangkalan.

Setelah tiba di perempatan Cakra, mereka mendapat laporan dari pasukan yang berjaga di sana bahwa semalam tidak terjadi apa-apa.

Namun semalam terdengar ada pergerakan di dalam Puri Ukir Kawi. Setelah matahari terbit, seorang ditugaskan untuk mengintip.

Buku De Lombok Expeditie (1896), Wouter Cool yang menceritakan bagaimana rangkaian kisah penaklukan dan penjarahan kerajaan Lombok terjadi.
Buku De Lombok Expeditie (1896), Wouter Cool yang menceritakan bagaimana rangkaian kisah penaklukan dan penjarahan kerajaan Lombok terjadi. (Dok.LHSS/Cewin)

Ternyata, puri yang kemarin dipertahankan dengan mati-matian oleh pasukan kerajaan, tadi malam telah ditinggalkan dan pagi ini dijarah oleh massa.

Penjarahan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh massa, namun juga oleh anggota pasukan Belanda, sebagaimana terjadi di Puri Mataram sebelumnya.

Tembakan dilepaskan dan membuat para penjarah kocar-kacir. Ruang penyimpanan harta raja ditemukan dan luasnya 5 x 5 meter.

Uang koin Belanda, rijksdaalder atau senilai dua setengah gulden, bertumpuk setinggi setengah meter memenuhi ruangan.

Selain itu, banyak barang-barang dari emas, batu permata dan berbagai perhiasan serta benda berharga lainnya, seperti keris serta peralatan upacara yang terbuat dari emas.

Raja yang terluka dikabarkan telah mengungsi ke Saksari di dekat Shindu.

Mendengar kabar ini panglima segera membagi tugas pasukan.

Kompi 4 dari Batalion 9 ditugaskan menjaga ruangan harta raja agar tidak terjadi penjarahan oleh massa, sekaligus juga mengkarungkan uang serta harta yang ditemukan.

Lebih dari 453 kg emas dan 3.173 kg perak yang dikarungkan. Dan ini hanya sebagian dari barang jarahan.

Barang-barang tersebut diangkut dengan kereta ke Ampenan dan diterima oleh sebuah komite khusus.

Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia.
Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia. (Dok.LHSS/Cewin)

Tentunya ini juga termasuk kitab Negarakertagama dan berbagai kekawin karya para pujangga termashur lainnya yang banyak terdapat di perpustakaan Puri.

Barang-barang jarahan ini dari Batavia segera dikirim ke Belanda. Karena jumlahnya yang begitu banyak, pengirimannya terus berlanjut.

Pada kloter terakhir 75 peti yang disegel dikirim ke Belanda dan peti terakhir tiba pada Februari 1896 dan disimpan di ruang bawah tanah Dutch Bank di Amsterdam.

Sebulan setelah itu, di markas-markas pasukan Belanda di Jawa banyak dijual eceran batu permata serta ornamen-ornamen berharga oleh tentara Belanda.

Barang-barang ini merupakan hasil jarahan mereka di Puri Mataram dan Puri Cakranegara.

Bagi pasukan Belanda dan orang awam, hanya barang-barang seperti yang telah disebut di depan yang dianggap berharga.

Namun tidak bagi Jan Laurens Andries Brandes, seorang filolog (ahli bahasa kuno) yang diikutsertakan dalam pasukan Belanda.

Bagi Brandes yang berharga adalah khasanah budaya yang tidak ternilai harganya.

Sebagai personel Bataviaasch Genootschap, Brandes dalam Perang Lombok ditugasi untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh Raja Lombok.

Nota sita harta kerajaan dan pengasingan terhadap raja dan keluarga.
Nota sita harta kerajaan dan pengasingan terhadap raja dan keluarga. (Dok.LHSS/Cewin)

Pada awal Oktober 1894 Brandes telah menerima rampasan yang ia sebut geschreven oorlogsbuit (rampasan perang tertulis), yaitu buku-buku lontar yang bagi orang Eropa, tidak seorangpun menghargainya kecuali para ilmuwan.

Beragam lontar ini berasal dari Puri Mataram yang telah dihancurkan Belanda.

Raja Lombok terkenal sangat kaya raya. Tidak hanya dengan barang berharga, namun juga kaya akan karya susastra.

Brandes yang telah mempelajari kebudayaan masa Hindu merasa sangat beruntung dapat mengunjungi perpustakaan Hindu yang menyimpan buku-buku lontar yang sangat kaya dari kerajaan Lombok.

Sepulangnya ke Bali Brandes minta izin untuk sekali lagi mengunjungi Lombok untuk menyelamatkan karya seni budaya yang tidak ternilai harganya itu.

Sebagaimana telah dikisahkan di atas, pada tanggal 18 November 1894 Cakranegara jatuh ke tangan militer Belanda.

Istana dibakar dan kemudian terjadi penjarahan atas kekayaan Lombok. Raja beserta pengikutnya melarikan diri ke Saksari. Brandes menyelamatkan lontar-lontar yang ada.

Sebagian dari lontar-lontar tersebut setelah ditranskrip di Batavia diterbitkan dalam Vehandelingen van het Bataviaasch Genootschap va Kunsten en Wetenschappen Bagian LIV, Bagian I (1897) dengan judul ”Nâgarakretâgama, Lofdicht van Prapantja op Koning Radjasanagara, Hayam Wuruk, van Madjapahit, uitgegeven naar eenige daarvan bekende handschrift aangetroffen in de puri te Cakranegara op Lombok”.

Inilah yang kemudian membuat karya ini populer dan kita dapat merekonstruksi kejayaan Majapahit.

Beratus-ratus naskah lontar Lombok tersebut disimpan dan dikaji oleh Brandes.

Dua tim Lombok Heritage and Science Society (LHSS) Ali Akbar (tengah) dan Ahmad Sugeng alias Gegen (paling kanan) saat bincang-bincang di Studio Rinjani TribunLombok.com, Senin (10/7/2023) malam.
Dua tim Lombok Heritage and Science Society (LHSS) Ali Akbar (tengah) dan Ahmad Sugeng alias Gegen (paling kanan) saat bincang-bincang di Studio Rinjani TribunLombok.com, Senin (10/7/2023) malam. (TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH)

Selama masa hidupnya Brandes sangat produktif menulis. Sebagai seorang arsiparis, Brandes membuat katalog temuan-temuan manuskrip dari berbagai wilayah di Hindia-Belanda, termasuk Lombok.

Setelah ia wafat pada tahun 1906, berbagai manuskrip Lombok ini dikirim dan disimpan di Leiden.

Hingga hari ini di Perpustakaan Leiden, ada sebuah ruang khusus yang bernama de Lombok Collectie, yang berisi ratusan naskah lontar dari Lombok.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved