Banyak Pemimpin Bisnis Dunia Percaya Kecerdasan Buatan Hancurkan Manusia dalam Waktu Dekat

Survei di Yales SEO Summit menunjukkan, sebanyak 42 persen Chief Executive Officer (CEO) mengatakan, AI berpotensi menghancurkan umat manusia.

|
Editor: Dion DB Putra
freepik
Ilustrasi. Survei di Yales SEO Summit menunjukkan, sebanyak 42 persen Chief Executive Officer (CEO) mengatakan, AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam 5-10 tahun mendatang 

TRIBUNLOMBOK.COM, NEW YORK - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan menghancurkan manusia dalam waktu dekat. Bahkan hanya dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun dari sekarang.

Demikian kekhawatiran banyak pemimpin bisnis dunia berdasarkan hasil survei terbaru.

Baca juga: Bahas Teknologi Kecerdasan Buatan, Rektor UTS Hadiri Konferensi Internasional ICAIIC 2023

Survei di Yales SEO Summit menunjukkan, sebanyak 42 persen Chief Executive Officer (CEO) mengatakan, AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam 5-10 tahun mendatang.

Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld mengatakan, hasil dari survei tersebut cukup gelap dan mencemaskan manusia.

Survei, yang dilakukan pada acara virtual yang diadakan oleh Chief Executive Leadership Institute Sonnenfeld, menemukan sedikit konsensus tentang risiko dan peluang yang terkait dengan artificial intelligence.

Sonnenfeld mengatakan, survei tersebut mencakup tanggapan dari 119 CEO dari lintas sektor bisnis, termasuk CEO Walmart Doug McMillion, CEO Coca-Cola James Quincy, para pemimpin perusahaan IT seperti Xerox dan Zoom, serta CEO dari farmasi, media, dan manufaktur.

Para pemimpin bisnis menunjukkan perbedaan tajam tentang betapa berbahayanya kecerdasan buatan bagi peradaban.

Sementara itu, sebanyak 34 persen CEO mengatakan AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam sepuluh tahun dan 8 persen mengatakan itu bisa terjadi dalam lima tahun.

Di sisi lain, 58 persen responden mengatakan itu tidak akan pernah terjadi dan mereka tidak khawatir akan AI. Dalam pertanyaan terpisah Yale menemukan, 42 persen CEO yang disurvei mengatakan potensi bencana AI dilebih-lebihkan.

Sementara, 58 persen mengatakan itu tidak dilebih-lebihkan. Temuan ini muncul hanya beberapa minggu setelah puluhan pemimpin industri AI, akademisi, dan bahkan beberapa selebritas menandatangani pernyataan peringatan tentang risiko "kepunahan” dari AI.

Pernyataan itu, yang ditandatangani oleh CEO OpenAI Sam Altman, Geoffrey Hinton, "ayah baptis AI" dan eksekutif puncak dari Google dan Microsoft.

Mereka menyerukan agar masyarakat mengambil langkah-langkah untuk menjaga dari bahaya AI.

“Mengurangi risiko kepunahan AI harus menjadi prioritas global bersama risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir,” ujar pernyataan itu.

Jeffrey Sonnenfeld sendiri memerinci, para pemimpin bisnis terbagi menjadi lima kubu berbeda terkait artificial intelligence. Kelompok pertama, termasuk dalam golongan pencipta yang ingin tahu.

Mereka merupakan orang percaya yang naif yang memperdebatkan semua yang dapat dilakukan, harus dilakukan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved