Berita Lombok Tengah

Sosok Muhammad Juaini, Pria Perintis Pemasaran Desa Wisata di Lombok Tengah

Untuk membangun dan memperluas pemasaran dari desa wisata ini cukup berat baginya dan seluruh pihak ADARA NTB

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Muhammad Juaini merupakan koordinator konsorsium ADARA (Adil, Damai, Setara) NTB. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Muhammad Juaini merupakan koordinator konsorsium ADARA (Adil, Damai, Setara) NTB yang telah lima tahun ini bergerak dari sejumlah desa wisata di Pulau Lombok.

Terdapat lima desa binaan yang telah ia rintis yaitu desa yaitu Pemepek, Pagutan, Sukarara, Batutulis, Nyerot dan Ubung.

Sejak tahun 2018, Mohammad Juaini telah berhasil memfasilitasi para ibu-ibu dan kaum muda untuk melatih dan menghubungkannya dengan orang diluar sana. Mulai dari pemerintah maupun non pemerintah.

"Alhamdulillah produk dari desa wisata ini untuk pemasaran telah terhubung dengan sejumlah ritel modern mulai dari Ruby Mataram, Niaga dan lain-lain. Untuk Tenun sudah ada di Deskranada, NTB Mall," terang Muhammad Juaini saat diwawancarai Tribun Lombok Selasa, (16/5/2023).

Baca juga: ADARA NTB Dampingi Produk UMKM 6 Desa Binaan di Lombok Tengah

Pria yang akrab disapa Bung Wen ini menjelaskan, desa wisata ini kemudian juga dihubungkan dengan leading sector di tingkat pemerintahan.

Mulai dari dinas perindustrian, dinas perdagangan, dinas pariwisata, dinas koperasi dan UMKM dan lain sebagainya. Termasuk menghubungkan dengan pihak dari non pemerintah.

Contohnya adalah mendatangkan jejaring dari semarang yang khusus untuk melatih para desainer khusus untuk tenun.

Dikatakan Muhammad Juaini, ADARA NTB bukan hanya memberikan pemberdayaan kepada perempuan, namun juga berfokus kepada laki-laki yang dinamakan laki-laki baru. Laki-laki baru ini adalah mereka yang mempunyai perspektif keadilan dan kesetaraan gender.

Menurutnya, untuk membangun dan memperluas pemasaran dari desa wisata ini cukup berat baginya dan seluruh pihak ADARA NTB.

Mereka dituduh membawa ajaran yang dianggap tidak lazim oleh sejumlah tokoh baik pihak agama maupun masyarakat ketika berbicara tentang gender.

Namun ia mengaku bersyukur, setelah mendatangkan narasumber dalam berkali-kali diskusi dalam perspektif agama dan adat, ternyata adat sasak itu tidak bertentangan dengan memuliakan perempuan.

Progam dari ADARA NTB ini menurutnya akan selesai pada bulan Juni dan selanjutnya ia berharap agar terus diperhatikan oleh pemerintah.

Selanjutnya ia meminta kepada pemerintah untuk bisa secara terus menerus dan berkelanjutan untuk mempertahankan program ini.

(*)

 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved