Berita Mataram

Warga Karang Genteng, Kelurahan Pagutan Kota Mataram Tetap Jaga Tradisi Maleman

Tradisi maleman dilaksanakan untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Maleman sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Pagutan.

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Dion DB Putra
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Warga Lingkungan Karang Genteng, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, melaksanakan tradisi maleman pada malam ke-23 Ramadan. Warga berkeliling kampung sambil bawa obor sebagai bentuk suka cita menyambut malam tersebut. 

Laporan wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Warga Lingkungan Karang Genteng, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan tradisi maleman pada malam ke-23 Ramadan.

Tradisi maleman dilaksanakan untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Maleman sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Pagutan.

Baca juga: Wali Kota Mataram Minta Warga Lapor Aparat Setempat Saat Tinggalkan Rumah untuk Mudik

Remaja masjid, Haris Maulana mengatakan, tradisi ini untuk mengingatkan kepada umat muslim akan datangnya malam Lailatul Qadar.

"Tradisi maleman ini salah satu upaya untuk mengingatkan bahwa adanya malam Lailatul Qadar," kata Haris, Jumat (14/4/2023).

Sejak dahulu para pemuka agama di Kota Mataram terus menanamkan tradisi maleman sebagai bentuk menyambut datangnya malam Lailatul Qadar.

Umat muslim di berbagai belahan dunia sangat menantikan malam tersebut. Berbagai tradisi pemyambutan dilakukan salah satunya maleman di Lombok.

Haris juga mengatakan warga yang melaksanakan tradisi maleman ini dari semua kelompok umur, tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

Warga berkeliling kampung sambil membawa obor sebagai bentuk suka cita dalam menyambut malam tersebut.

"Ini juga salah satu syiar di bulan Ramadan, yang biasa dilakukan pada malam 21 atau tradisi setiap malam ganjil 10 terakhir bulan puasa," kata Haris.

Lurah Pagutan, Anuri mengatakan kegiatan ini sudah berlangsung sejak dulu di wilayah Pagutan. Ini sebagai sambutan yang diberikan warga pada malam turunnya Alquran.

"Sudah sejak lama tradisi ini dilakukan warga kami, akan tetapi tradisinya selalu diingatkan untuk tetap dilestarikan," kata Lurah Pagutan.

Selain menyalakan obor, di tempat yang berbeda biasanya warga akan membakar dila jojor, yang akan dipasang di halamam rumah bahkan di sepanjang jalan kampung.

Ini sebagai bentuk suka cita menyambut datangnya malam mulia tersebut. (*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved