Pilpres 2024
Partai Besar Egonya Tinggi, Capres PDIP Diumumkan Sebelum Bulan September 2023
Menurut survei berbagai lembaga, tingkat elektoral partai banteng berada di urutan pertama, jauh meninggalkan Parpol lainnya.
TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA -Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi menilai, sulit menyatukan PDIP ke koalisi besar yang diwacanakan oleh KIB dan koalisi KIR.
Menurut dia, peleburan koalisi lebih mudah di kalangan partai yang perolehan suaranya cenderung kecil.
Baca juga: Pengamat: Butuh Kerelaan Airlangga dan Muhaimin Tidak Jadi Capres-Cawapres
“Menyatukan PDIP yang egonya besar lebih sulit ketimbang menyatukan partai-partai ‘ngarep’ seperti PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PAN (Partai Amanat Nasional), bahkan PBB (Partai Bulan Bintang) sekalipun,” kata Ari, Rabu (5/3/2023).
PDIP sejauh ini mengantongi elektabilitas tinggi. Menurut survei berbagai lembaga, tingkat elektoral partai banteng berada di urutan pertama, jauh meninggalkan Parpol lainnya.
Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu juga merupakan Parpol pemenang Pemilu dua kali berturut-turut, yakni tahun 2014 dan 2019. Dengan modal sebesar itu, Ari yakin, PDIP percaya diri sekalipun tak berkoalisi dengan Parpol lain pada Pemilu 2024.
“PDIP itu ibarat executive muda yang begitu percaya diri menatap masa depan. Dia yakin sukses karena merasa suaranya cukup sebagai syarat untuk maju di Pilpres tanpa berkoalisi dengan partai lain,” ujarnya.
Sebaliknya, menurut Ari, partai-partai yang mewacanakan peleburan koalisi punya harapan besar untuk menarik PDIP. Bahkan, Ari yakin, keputusan soal wacana koalisi besar baru akan diketok setelah PDIP menentukan langkah.
Saat ini, partai-partai lain masih berhitung dan menduga-duga Capres dan Cawapres yang akan dijagokan partai berjargon wong cilik itu.
“PDIP menjadi pusat orbiter dari koalisi-koalisi yang sudah dan akan terbentuk,” katanya.
Lebih lanjut, Ari menilai, wacana peleburan KIR dan KIB sedianya bertujuan untuk menguatkan potensi kemenangan pada Pemilu mendatang. Mungkin pula, wacana regrouping dimaksudkan untuk mengunci calon lain agar tak bisa maju di gelanggang Pilpres 2024 karena semakin sedikitnya peluang Parpol bisa mengajukan calon.
Kehadiran koalisi besar memang menggiurkan secara politis karena massifnya kumulatif suara partai-partai politik. Namun, kata Ari, itu tidak otomatis menjamin kemenangan. Dia mengatakan, kemenangan ditentukan oleh Capres-Cawapres yang disodorkan koalisi.
Oleh karenanya, dibutuhkan sosok yang tidak hanya moncer secara elektabilitas, tetapi juga punya rekam jejak yang baik di pemerintahan.
“Koalisi besar itu terlihat tambun secara politik, tetapi mudah fragile sehingga perlu energi besar baik asupan logistik dan akomodasi politik,” tutur dosen Universitas Indonesia (UI) itu.
Sebelum September
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, belum mengetahui figur Capres yang akan dipilih Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Kronologi Eks Pemain PSIS Semarang Dideportasi ke Brasil: Masuk Pakai VoA, Sempat Main Tarkam |
![]() |
---|
Pengamat: Ujian Besar bagi KIB dan KIR Jika Bergabung Tentukan Capres dan Cawapres |
![]() |
---|
Upaya Kudeta Partai Demokrat: Moeldoko Vs AHY dan Penjegalan Anies Baswedan Capres 2024 |
![]() |
---|
Isi Perppu Pemilu yang akan Disahkan Jadi UU: Perubahan Waktu Mulai Kampanye hingga Penetapan Capres |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.