Tribun Network

Tribun Network dan BKKBN Berkolaborasi Turunkan Angka Stunting di Indonesia

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berkolaborasi dengan Tribun Network menggaungkan pencegahan stunting di Indonesia.

|
Penulis: Laelatunniam | Editor: Sirtupillaili
Dok.Tribun Network
Talkshow Nasional Stuntung, di acara Kick off BKKBN Semesta Mencegah Stunting, Gerakan #CukupDuaTelur dicanangkan bekerja sama dengan Tribun Network, di Studio 1 KompasTv, Palmerah, Jakarta, Selasa (21/3/2023) siang. 

"Alhamdulillah turun 2,8 persen di 2022," katanya.

"Kami menargetkan 17 persen di akhir 2023. Sehingga bisa menjadi 14 persen 2024," kata Hasto.

Acara Kick off BKKBN Semesta Mencegah Stunting disertai talkshow nasional dan diakhiri penandatanganan kerja sama BKKBN dengan Tribun Network.

CEO Tribun Network Dahlan Dahi meneken kerja sama dengan Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo terkait publikasi penyelenggaraan program pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana, serta percepatan penurutan stunting.

Mengapa Stunting?

Indonesia kini sedang mempersiapkan generasi emas 2045. Namun hal tersebut menjadi tantangan saat ini, sebab permasalahan stunting masih menjadi masalah bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia.

Karena itu kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat generasi emas Indonesia tahun 2045.

Baca juga: Tekan Stunting di NTB, Pascasarjana Universitas Hamzanwadi Berikan Edukasi

Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya.

Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting.

Data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 27,67 persen pada tahun 2019.

Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.

Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54 persen.

Artinya, sebanyak 54 persen angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting. Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian serius pemerintah.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved