Nahdlatul Wathan

Profil TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pendiri NW dan Pahlawan Nasional dari NTB

Pendiri Nahdlatul Wathan (NW) TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan sosok yang patut menjadi panutan anak muda saat ini.

Editor: Sirtupillaili
Dok.NWDI
Kolase foto pahlawan nasional dan pendiri Nahdlatul Wathan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. 

Disebutkan bahwa TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan keturunan ke-17 dari raja Selaparang.

Santri Cerdas

Potret para santri NWDI pada masa awal-awal TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NWDI dan NBDI sebagai basis perjuangan dalam menyebarkan ajaran Islam di Lombok.
Potret para santri NWDI pada masa awal-awal TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NWDI dan NBDI sebagai basis perjuangan dalam menyebarkan ajaran Islam di Lombok. (Dok.NW)

Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu dari enam bersaudara.

Kakak kandungnya lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Sawdah, Hajji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyitah.

Ayahnya TGH Abdul Madjid yang terkenal dengan penggilan Guru Mu’minah, semasa mudanya bernama Luqmanul Hakim merupakan seorang muballigh dan terkenal pemberani.

Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah.

Sedangkan ibunya Hj Halimah As-Sa’diyah terkenal sangat solihah.

Setelah berusia 9 tahun, Muhammad Zainuddin muda memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M.

Dalam buku Muhammad Tohri, dkk berjudul "Menyusuri Keagungan Cinta Maulana" disebutkan, setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan ayahnya untuk menuntut ilmu agama lebih luas dari beberapa Tuan Guru.

Setelah menimba ilmu di beberapa Tuan Guru, Maulana Syekh dibawa ayahnya ke Makkah untuk menimba ilmu agama.

Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkenal sangat jujur dan cerdas.

Karena itu tidak mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang yang begitu besar kepadanya.

Ketika berangkat ke Makkah untuk melanjutkan studi, kedua orang tuanya ikut mengantar.

Ayahnya mencarikan guru tempat belajar pertama kali di Masdil Haram, kemudian menemaninya di Makkah sampai dua kali musim hajji.

Sedangkan ibundanya Hj Halimah As-Sa’diyah ikut bermukim di Makkah mendampingi dan mengasuhnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved