8 FAKTA Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2022: Sumber, Potensi Ancaman, hingga De Javu 2021

Erupsi Gunung Semeru Minggu 4 Desember 2022 ini mengingatkan pada peristiwa serupa pada 4 Desember 2021 silam

PVMBG
Penampakan awan panas guguran di lereng Gunung Semeru saat erupsi Minggu (4/12/2022). Erupsi Gunung Semeru Minggu 4 Desember 2022 ini mengingatkan pada peristiwa serupa pada 4 Desember 2021 silam. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Peristiwa erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (4/12/2022) mengingatkan kejadian serupa pada tahun 2021 tepat di tanggal dan bulan yang sama.

Adapun erupsi Gunung Semeru kali ini terjadi setelah rentetan kenaikan aktivitas sejak Jumat (2/12/2022).

Analis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Mukdas Sofian menyebutkan, erupsi Gunung Semeru terjadi pada Minggu (4/12/2022) pukul 02.46 WIB.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.

Untuk selengkapnya, berikut ini rangkuman fakta erupsi Gunung Semeru Minggu 4 Desember 2022 yang dirangkum TribunLombok.com dari berbagai sumber.

Baca juga: Penampakan Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2022: Abu Vulkanik Masuk Kampung hingga Terobos Jembatan

1. Sumber Erupsi

Erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) terjadi dengan tinggi kolom abu teramati ± 1500 meter di atas puncak (± 5176 m di atas permukaan laut).

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan," imbuh Mukdas.

Awan panas guguran (APG) Gunung Semeru pun meluncur dari puncak kawah Jonggring Saloko ke arah tenggara dan selatan.

2. Naik Status Menjadi Awas atau Level IV

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunungapi Semeru dari ‘Siaga’ menjadi ‘Awas’ atau dari Level III menjadi Level IV.

Peningkatan status Gunung Semeru dari Siaga menjadi Awas atau dari Level III menjadi Level IV ini terhitung sejak Minggu 4 Desember 2022 pukul 12.00 WIB.

"Radius aman Besuk Kobokan di luar 19 kilometer dari puncak Semeru," ucap Kepala PVMBG Hendra Gunawan dikutip dari akun twitter resmi PVMBG.

3. Dilarang Beraktivitas di Radius 13 Kilometer

Berdasarkan status terbaru aktivitas Gunung Semeru, BNPB mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

"Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan," ucap BNPB dalam imbauannya di salah satu update unggahan di akun resmi Twitternya @BNPB_Indonesia.

Larangan beraktivitas itu didasarkan pada fakta bahwa kegiatan di radius tersebut berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Mmasyarakat diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

4. Waspada Awan Panas dan Lahar

PVMBG mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.

Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Baca juga: Karakter Eksplosif Erupsi Gunung Semeru, PVMBG: Waspada Awan Panas Guguran, Lahar di Aliran Sungai

Penampakan Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru menerobos jembatan darurat Besuk Kobokan, Minggu (4/12/2022).
Penampakan Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru menerobos jembatan darurat Besuk Kobokan, Minggu (4/12/2022). (Twitter BNPB_Indonesia)

5. Karakter Erupsi Gunung Semeru

Dalam siaran pers PVMBG, dijelaskan bahwa karakter Erupsi Gunung Semeru saat ini adalah berupa erupsi eksplosif yang berselang seling dengan erupsi efusif.

Letusan abu bertipe vulcanian terjadi setiap hari, yang terkadang disertai guguran lava serta awan panas guguran.

Aliran awan panas guguran tersebut mengarah ke bukaan kawah sebelah tenggara, yaitu mengarah ke hulu Besuk Kobokan, Besuk Bang, dan Besuk Kembar.

6. Aktivitas Kegempaan Jelang Erupsi

Masih dikutip dari siaran pers PVMBG, Letusan abu terjadi dengan rata-rata 88 kali erupsi per hari.

Awan panas guguran terjadi 2 kali dengan jarak luncur maksimal mencapai 4,5 kilometer dari puncak.

Asap kawah utama teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal dan tinggi mencapai 50 – 1500 meter dari puncak.

Aktivitas kegempaan terekam 2919 kali Gempa Letusan, 2 kali Gempa Awan Panas, 81 Gempa Guguran, dan 137 kali Gempa Hembusan.

7. Pusat Erupsi Masih Menyimpan Endapan

Hal ini menunjukkan aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan material dari pusat erupsi.

Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru.

Baca juga: Status Gunung Semeru Naik Menjadi AWAS per Minggu 4 Desember 2022, Erupsi Masih Berlangsung

Petugas BPBD Lumajang memberikan masker kepada warga terdampak erupsi Gunung Semeru, Minggu (4/12/2022).
Petugas BPBD Lumajang memberikan masker kepada warga terdampak erupsi Gunung Semeru, Minggu (4/12/2022). (Twitter BNPB_Indonesia)

Pemantauan deformasi masih menunjukkan terjadinya inflasi (peningkatan tekanan) yang menunjukkan masih terjadinya proses suplai magma ke dalam kantong magma maupun ke permukaan.

Pemantauan area panas (hotspot) menunjukkan adanya anomali thermal sekitar 12 Mw di sekitar area kawah yang mengindikasikan masih adanya tumpukan material panas pada kawah Gunung Semeru.

8. De Javu Erupsi 4 Desember 2021

Erupsi Gunung Semeru Minggu 4 Desember 2022 ini mengingatkan pada peristiwa serupa pada 4 Desember 2021 silam.

Dalam siaran pers PVMBG 5 Desember 2021 yang dikutip Minggu (4/12/2022), Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru terjadi pada 4 Desember 2021.

Kala itu, APG yang merupakan karakteristik ancaman khas Gunung Semeru ini berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung.

Endapan APG terdiri dari material batuan bersuhu tinggi 800-900 derajat Celcius yang bergerak ke arah lereng tenggara G. Semeru sejauh ± 4 km dari puncak, atau ± 2 km dari ujung aliran lava.

APG memasuki lembah Sungai Kobokan dan berinteraksi dengan air sungai beserta material lama yang terdapat di dalam badan sungai, membentuk aliran lahar sepanjang aliran Sungai Kobokan.

(TribunLombok.com)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved