Berita NTB

Muzihir dan Mori Hanafi Nilai WSBK Mandalika 2022 Sepi Peminat, Simak Alasannya

Ketua DPRD NTB Muzihir dan anggota DPRD NTB fraksi Partai Gerindra Mori Hanafi menilai WSBK Mandalika 2022 sepi peminat.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMY
Muzihir dan Mori Hanafi Nilai WSBK Mandalika 2022 Sepi Peminat, Simak Alasannya - Kolase foto Muzihir dan Mori Hanafi. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Ketua DPRD NTB Muzihir dan anggota DPRD NTB fraksi Partai Gerindra Mori Hanafi menilai WSBK Mandalika 2022 sepi peminat.

Muzihir dan Mori menyimpulkan WSBK tahun ini sepi peminat lantaran sejumlah hal.

Pertama, kata Muzihir, penjualan tiket dengan target hingga 50 ribu penonton yang dilontarkan Gubernur NTB Zulkieflimansyah masih dikisaran 30 persen atau kurang dari 20 ribu tiket.

"Sisa waktu makin mepet, tapi (penjualan tiket WSBK, red) kok sepi, sedikit," ungkap Wakil Ketua II DPRD NTB H Muzihir, Minggu (6/11/2022).

Baca juga: Penginapan Desa Wisata Tete Batu Bisa Jadi Pilihan Bagi Penonton WSBK Mandalika 2022

Ia menuturkan, persoalan gelaran WSBK tahun ini menjadi prioritas ITDC.

Sementara kalangan dewan Udayana (DPRD NTB, red) diakui sama sekali tak pernah dilibatkan.

Sehingga tidak mengetahui sejauh mana progres penjualan tiket WSBK maupun gaung gelaran event tersebut.

"Beda tahun lalu, kita ada kunjungan ke sana. Namun sayangnya ya hanya disuguhkan yang bagus-bagus saja, fatamorgana. Faktanya, setelah digelar menimbulkan kekecewaan," terangnya.

Baca juga: Antisipasi Kecelakaan saat WSBK Mandalika 2022, Polda NTB Siagakan Ambulans dan Mobil Derek

Ketua DPW PPP NTB ini pun dengan tegas menyebut, gaung gelaran WSBK Mandalika tahun ini tidak terasa, tidak terlihat.

Ambil contoh, tidak perlu jauh-jauh dikatakan kalangan staf dewan pun tidak ada menyebut soal tiket atau antusiasme menonton.

"Sekarang berapa tiket yang terjual saja kita tidak tahu, karena tidak dilibatkan," tegas Ketua DPW PPP NTB ini.

Meski demikian, ia berharap menjelang H-3 penyelenggaraan sisa tiket WSBK bisa habis terjual.

Untuk mengejar hal ini, diperlukan koordinasi antara Pemkab Loteng, Pemprov NTB, DPRD Loteng, DPRD NTB hingga stakeholder dan elemen pariwisata segera duduk bersama.

"Hingga kini tidak ada itu (duduk bersama, res), ya balik lagi karena pihak penyelenggara tidak merasa berkewajiban menggandeng dewan," ungkap anggota DPRD NTB Dapil Kota Mataram ini.

Padahal, lanjut Muzihir, dengan menggandeng dewan maka pihaknya akan memberikan masukan-masukan penting.

"Intinya mari kita duduk bersama, jangan jalan sendiri-sendiri. Karena ini bukan gawe kita saja, tapi nasional bahkan dunia. NTB hanya sebagai tuan rumah yang memiliki sirkuit level internasional," tandasnya.

Hal senada disampaikan Mori Hanafi. Sepinya minat orang luar NTB menonton WSBK tahun ini dinilainya wajib menjadi pelajaran dan perbaikan dalam semua sektor di tahun-tahun mendatang .

Mori mengungkap sejumlah alasan. Pertama, level WSBK yang memang berada di bawah MotoGP.

Fans dari event WSBK ini juga tidak se-menjamur MotoGP.

Ia mafhum, hampir semua penyelenggaraan WSBK memang mayoritas sepi penonton.

Hal lain, ingatan penonton soal gelaran event internasional di Sirkuit Mandalika pada 2021 dan MotoGP Maret 2022 silam cukup buruk.

"Harga Hotel dan losmen naiknya terlalu tinggi pada 2021 lalu. Jadi masih banyak yang trauma sampai saat ini, makanan dan tiket pesawat juga mahal," katanya.

Tiket WSBK juga dalam kacamatabya masih dalam kategori mahal (hanya diskon 50 persen khusus KTP NTB).

Secara khusus, Mori mengkritik skema promosi yang dilakukan penyelenggara.

"Promosi yang dilakukan tidak mencerminkan bahwa WSBK ini adalah event kelas dunia. Sangat biasa bahkan normatif," ungkapnya.

Mori mencontohkan saat menonton MotoGP di Malaysia.

"Rp 6 juta dengan estimasi waktu 3 hari 2 malam (hotel bintang 4, tiket pesawat, tiket nonton MotoGP, free transport Kuala Lumlur - Sirkuit)."

"Sementara nonton WSBK/MotoGP Mandalika Rp 6 juta untuk 4 hari 3 malam (hotel bintang 2/3 di Mataram dan tiket nonton WSBK/MotoGP. Tidak termasuk tiket pesawat dan transport," katanya.

"Jadi kalau nonton ke Mandalika perlu biaya minimal 12jt. Bahkan kalo stay nya di daerah Mandalika dapatnya hanya sekelas losmen," sambung Mori.

Ia menekankan perlunya evaluasi secara menyeluruh.

"Karena menurut perkiraan saya butuh waktu 1 atau 2 tahun mengembalikan kepercayaan para penonton nasional ini. Harga wajib disesuaikan," katanya.

Khusus pemerintah daerah, Mori menyarankan agar pola promosi wajib harus lebih detail.

Misalnya siapa-siapa saja yang jadi pembalap profil-profilnya perlu diangkat.

"Sehingga para calon penonton akan lebih tertarik. Seperti MotoGO zamannya Valentino Rossi, orang pada nonton karena mau lihat dia juga."

"Nah ini siapa yang mau balap di WSBK kita nggak ada yang tau, padahal juara-juara dunia juga," jelasnya.

Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved