Kematian Brigadir J

Ibunda dan Kekasih Brigadir J Menangis di Ruang Sidang, Bharada E Sungkem

Saat ditanya Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa soal sosok Brigadir J, air mata Rosti Simanjuntak tak terbendung.

Editor: Dion DB Putra
KOMPAS.COM/IRFAN KAMIL
Sebanyak 12 orang termasuk pihak keluarga Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dihadirkan jaksa penuntut umum dalam sidang Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (25/10/2022). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Ibunda Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, Rosti Simanjuntak dan kekasih Brigadir J menangis di ruang sidang. Sementara terdakwa Bharada E sungkem ke orangtua Brigadir J.

Demikian antara lain yang terjadi dalam lanjutan sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J dengan terdakwa Bharada E di PN Jakarta Selatan, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: Putri Candrawathi Minta Bharada E Agar Simpan Senjata Brigadir J di Kamar Suaminya

Ibunda Brigadir J dihadirkan sebagai dalam sidang lanjutan atas terdakwa Bharada Richard Eliezer atau Bharada E itu.

Saat ditanya Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa soal sosok Brigadir J, air mata Rosti Simanjuntak tak terbendung.

"Kalau cerita masalah pak hakim, tidak pernah sama sekali pun, selalu kabari baik-baik saja," kata Rosti sambil menangis dalam persidangan.

Rosti bahkan mengaku sakit hati dan merasakan duka mendalam atas insiden yang dialami anak pertamanya itu. Terlebih kata Rosti, sejak kecil putra sulungnya itu selalu dididik untuk menjadi orang yang bertanggungjawab dan sopan santun kepada siapapun termasuk atasan.

"Makanya saya secara manusia secara ibunya, perasaan aku hancur pak mendengarkan (kabar kematian Yosua) yang selalu mendengar nasihat ortunya karena dari kecil sudah saya didik pak hakim," kata Rosti.

"Sudah saya ajari anak ini agar selalu tanggung jawab dalam tugas, harus selalu patuh dan hormat di mana pun berada dalam pekerjaannya, dan kepada siapa yang ada di sekitarnya," sambungnya.

Tak hanya itu, selama menjabat sebagai ajudan Ferdy Sambo, Yosua juga selalu bercerita hal yang baik atas pekerjaannya. Bahkan saat Bharada Richard Eliezer atau Bharada E menjadi ajudan baru untuk Ferdy Sambo juga diperkenalkan kepada orangtuanya.

"Kami komunikasi tidak pernah dia cerita, cuma dia katakan 'mak ada kawan saya (Bharada E) masuk kerja, segitu perhatiannya anak itu. Cuma segitu bapak informasi yang kami tahu anak saya," ujarnya.

Bharada E sungkem

Terdakwa kasus penembakan berencana Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, Bharada Richard Eliezer atau Bharada E terlihat berlutut atau sungkem di hadapan ibunda dan ayah dari Brigadir J.

Momen itu terjadi saat kedua orangtua Brigadir J bersama kuasa hukum hadir dalam ruang sidang utama PN Jakarta Selatan.

Berdasarkan pantauan Tribun, di ruang sidang PN Jakarta Selatan, Bharada E yang mulanya sedang duduk di sebelah kuasa hukum langsung bangun dari tempat duduknya setelah melihat orangtua Brigadir J masuk ruang sidang.

Terlihat Bharada E langsung mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan kedua orangtua Brigadir J.

Tak cukup di situ, Bharada E langsung menundukkan kepala di hadapan orangtua Brigadir J seakan menunjukkan gesture permohonan maaf. Merespons hal tersebut, ayahanda Brigadir J yakni Samuel Hutabarat terlihat mengusap kepala Bharada E sambil menunjukkan gesture mengangguk.

Tak terdengar apa yang disampaikan oleh Bharada E di hadapan orangtua Brigadir J. Selepas bersimpuh di hadapan orangtua Brigadir J, Bharada E langsung duduk kembali di samping kuasa hukum dan terpantau raut wajah Bharada E menahan tangis.

Setelah itu, majelis hakim PN Jakarta Selatan membuka persidangan dan langsung melakukan pemeriksaan kepada saksi.

Selama persidangan berlangsung, Bharada E terlihat tidak berani menatap wajah pihak keluarga Brigadir J kala mereka bergantian menangis saat memberikan keterangan.

Bharada E yang tampak memakai kemeja berwarna hitam itu duduk di bagian ujung meja penasihat hukumnya. Namun, ada perilaku yang berbeda yang ditunjukkan eks ajudan Ferdy Sambo tersebut.

Saat itu, Bharada E terus menunduk dan melihat ke arah bawah lantai sepanjang keluarga Brigadir J memberikan keterangan ke hadapan Majelis Hakim PN Jakarta Selatan. Terutama, kala mereka saling bergantian menangis di persidangan.

Awalnya, ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat yang terlebih dahulu menangis ketika memberikan keterangan di persidangan.

Kemudian, disusul tangisan Ibunda Brigadir J, Rosti Simanjuntak yang pecah saat memberikan keterangan. Saat itu, Bharada E terus menunduk dengan posisi kedua tanganya mengepal.

Berikutnya, majelis hakim kembali menggali keterangan tujuh orang keluarga Brigadir J lainnya.

Saat itu, mereka juga saling bergantian menangis saat menceritakan apa yang diketahuinya di kasus Brigadir J. Apalagi ketika salah satu pihak keluarga Brigadir J sempat menunjukkan foto jenazah Brigadir J saat pertama kali tiba di Jambi. Foto itu pun disiarkan di layar di ruang sidang PN Jakarta Selatan.

Bharada E tidak melihat ke arah layar dan terus menundukkan kepalanya. Tangannya terlihat mengepal sangat kuat dan menahan tangis. Di sebelahnya, pengacara Bharada E, Ronny Talapessy tampak menepuk paha dan pundak Bharada E sembari berusaha menguatkan.

Dalam perkara dugaan pembunuhan berencana Brigadir J ini, turut menyeret Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka Ricky Rizal, Kuwat Maruf dan Bharada Richard Eliezer sebagai terdakwa.

Tak hanya dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J, khusus untuk Ferdy Sambo juga turut dijerat dalam kasus perintangan penyidikan atau obstruction of justice. Para terdakwa pembunuhan berencana itu didakwa melanggar pasal 340 subsidair Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Vera cerita sambil menangis

Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J sempat memberikan pesan kepada sang kekasihnya, Vera Simanjuntak sehari sebelum ditembak di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022.

Hal itu diungkap oleh Vera Mareta Simanjuntak saat memberikan keterangan sebagai saksi atas terdakwa Bharada Richard Eliezer alias Bharada E di PN Jakarta Selatan pada Selasa (25/10/2022).

Awalnya, Vera mengungkap dirinya yang tengah berdinas malam mendapatkan empat panggilan tak terjawab Brigadir J pada 7 Juli 2022. Tak lama setelah itu Brigadir J kembali menelepon kepada dirinya.

"Terus jam 20.30 dia telepon lagi. Saya angkat. 'Lagi dimana dek?' Dia bilang. Lagi dinas malam bang, ada apa? Terus dia bilang 'kurang ajar'. Karena ada kata-kata dari mendiang, saya cari tempat yang lebih nyaman untuk ngomong," kata Vera saat memberikan keterangan di PN Jakarta Selatan.

Lalu, Vera kembali bertanya maksud sang kekasih berbicara "kurang ajar" pada sambungan telepon tersebut. Lalu, Brigadir J menjelaskan bahwa dirinya dituduh telah membuat istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi menjadi sakit.

"Terus kenapa tadi bang? 'Kurang ajar orang ini'. Terus saya bilang kurang ajar gimana? 'Ibu sakit, aku dituduh bikin ibu sakit'. Sakit apa saya bilang? 'Enggak tahu saya'. Terus siapa yang nuduh saya bilang, 'ada lah orang di sini'. Emang abang apain ibu? Abang pukul ibu? 'oh enggak lah dek. Aku diancam'," jelas Vera.

Vera menjelaskan bahwa Brigadir J mengaku telah diancam oleh pihak yang disebutnya sebagai Squad. Menurut Vera, squad merupakan istilah ajudan-ajudan dari Ferdy Sambo

. "Siapa yang ancam? 'Squad-squad di sini'. Ya sudah kalau abang tidak salah, abang jangan takut. 'Iya nanti aku kabari lagi ya'. Memang abang lagi di mana? 'Lagi di Magelang'. Tanggal 7 itu ancamannya itu 'berani kau naik ke atas, ku bunuh kau', ungkapnya.

Lalu, Vera menuturkan bahwa dirinya kembali ditelepon Brigadir J pada 8 Juli 2022. Tepatnya, sejam sesaat Brigadir J dieksekusi di Duren Tiga yaitu pukul 16.10 WIB.

"Itu telepon 4 panggilan tak terjawab dari beliau. Karena saya lepas dinas, saya berangkat ke Bangko untuk beli keperluan. Karena sedang di perjalanan, saya tidak angkat," bebernya.

Setibanya di rumah, Vera menyatakan dirinya pun menelepon balik sang kekasih atau sekitar pukul 16.25 WIB. Telepon itu pun tidak diangkat oleh Brigadir J.

"Terus saya chat, 'kenapa bang?' Itu jam 16.25 WIB. Awalnya chat itu ceklis satu, dan itu tidak pernah di WA beliau seperti itu. Terus tiba-tiba centang dua diread, tetapi tidak dibalas," ungkapnya.

Berikutnya, Vera kembali menelepon kembali Brigadir J sekitar pukul 16.31 WIB. Lalu, telepon itu pun diangkat namun menjadi pernyataan terakhir yang disampaikan oleh Brigadir J kepada Vera.

"Saya telepon jam 16.31 WIB. Kenapa bang? 'Maaf ya dek nanti abang kabari lagi'. Itu yang terakhir," pungkasnya. (tim tribun network)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved