Berita Kota Mataram

Warga Kota Mataram Mulai Budidayakan Magot, Strategi Pengelolaan Sampah Sederhana

Budidaya magot sebagai solusi pengurai sampah mulai dilakukan warga kelurahan di Kota Mataram.

Penulis: Laelatunniam | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LAELATUNNIAM
Warga Kota Mataram Mulai Budidayakan Magot, Strategi Pengelolaan Sampah Sederhana - Lurah Monjok Mataram, Sumanto saat diwawancarai TribunLombok.com saat meninjau magot, Kamis (13/10/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Budidaya magot sebagai solusi pengurai sampah mulai dilakukan warga kelurahan di Kota Mataram.

Termasuk Kelurahan Monjok Timur yang tim TribunLombok.com sambangi, Kamis (13/10/2022).

Sumanto selaku Lurah Monjok Timur menceritakan, budidaya magot sudah dimulai sejak dua bulan lalu.

Berawal dari telur magot yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, kemudian mulai dikembang biakkan.

Baca juga: Mataram Magot Center, Solusi Pengurangan Sampah yang Menguntungkan

Sumanto menyebut istana magot Monjok Timur ini juga tidak lepas dari peran warga dalam menerapkan pilah sampah dari rumah.

Sampah organik dari warga ditampung di Istana magot sebagai pakan magot.

Bahkan saat ini magot Monjok Timur mulai kekurangan pasokan sampah organik.

"Sempat kehabisan sampah organik, dan kemarin kota ke TPS untuk ngambil sampah sebagi pakan," tuturnya pada tim TribunLombok.com, Kamis (13/10/2022).

Baca juga: Budidaya Magot Solusi Pengurai Sampah Rumah Tangga Kota Mataram

Karena beberapa kali kekurangan pakan, sehingga pertumbuhan magot pun terkendala.

"Jadi kalau diibaratkan pertumbuhan manusia, banyak magot yang mengalami stunting," tutur Sumanto menjelakan.

Terkiat penyebab kekurangan pasokan sampah organik, Sumanto memastikan sebagian besar warga sudah memilah sampah dari rumah.

Akan tetapi magot-magot ini membutuhkan pakan hitungan ton per hari sehingga sulit diimbangi.

Solusinya, menurut Sumanto telur magot yang akan dikembangkan harus dikurangi sehingga pakan pun mengimbangi.

"Karena 10 gram magot kota bisa panen 90 kilogram magot dalam waktu 14 hari, jadi ke depannya kita kurangi," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved