Berita Lombok Barat

Sambung Sinema Produksi Film "Bukan Galih dan Ratna": Kolaborasi Kelompok Kreatif

Sambung Sinema berkolaborasi dengan berbagai komunitas kreatif dalam proyek produksi film pendek berjudul Bukan Galih dan Ratna.

Penulis: Lalu M Gitan Prahana | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU GITAN
Sambung Sinema Produksi Film "Bukan Galih dan Ratna": Kolaborasi Kelompok Kreatif - Proses syuting film Bukan Galih dan Ratna di depan Hotel Santika Mataram. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com Lalu M Gitan Prahana

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARATSambung Sinema berkolaborasi dengan berbagai komunitas kreatif dalam proyek produksi film pendek berjudul Bukan Galih dan Ratna.

Adapun komunitas yang terlibat dalam proyek kolaborasi film pendek Bukan Galih dan Ratna ini antara lain, Lombok Influencer, Lumbung Film Forum, Artheraphy.

Kemudian Bale Sineas Mentaram, Tidak Sibuk Pictures, Anggrek Multimedia, Virgo Cinema, Green Studio dan Pinaq Film Community.

Islah Taufiq selaku sutradara film Bukan Galih dan Ratna menuturkan, sebanyak 36,24 persen pengguna internet di Indonesia adalah anak muda dengan rentang usia 13-24 tahun.

Baca juga: Jadwal Bioskop Mataram Hari Ini: XXI, CGV, Cinepolis, 13 Oktober 2022, Pamali Masih Ada!

Di mana 90,61 persennya menggunakan media sosial.

Sedangkan Isu terbesar dari dunia digital bagi para remaja adalah tentang Digital Ethic, Digital Culture, dan Digital Safety.

"Remaja yang ingin mengaktualisasikan dirinya kadang kala terlalu berkaca pada apa yang mereka lihat di sosial media," ujar Islah Taufiq, Kamis (13/10/2022).

Aggapan bahwa apapun yang mereka lihat di dunia digital adalah kenyataan yang harus diikuti, sehingga menjadikan mereka insecure pada apa yang ada pada dirinya.

Baca juga: SINOPSIS Film Kalian Pasti Mati, Zee JKT 48 Duet dengan Emir Mahira

Lalu ketika ke-insecure'an ini terjadi, menjadikan mereka nekat untuk upgrade life style mereka dengan cara yang cepat dan mudah, misal pinjaman online.

Selain itu, isu lainnya yang juga dihadapi remaja saat ini adalah bagaimana mereka menerima dan membagikan informasi yang mereka terima, sehingga informasi hoax, misinformasi dan disinformasi mudah sekali tesebar.

"Sehingga isu-isu diatas adalah latar belakang film Bukan Galih dan Ratna yang tentu ingin menyampaikan pesan tentang resiko dan bahaya hoax, phising dan cyberbullying," lanjut Islah Taufiq.

Sementara itu, Nurliya selaku produser film menyampaikan bahwa target penonton dalam film ini menggunkan bahasa daerah.

"Secara umum, kami menggunakan bahasa Sasambo sebagai bahasa utama, namun tentu akan disertai translate ke bahasa Indonesia," terangnya.

Adapun lokasi syuting dari film ini masih di wilayah Lombok, di antaranya di Desa Ende, Hotel Santika, Ampenan dan terakhir RSJ NTB.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved