Lestarikan Budaya Lokal, Dikbud Lotim Luncurkan Kurikulum Mulok Sasak, Pertama di NTB
Selain kurikulum Mulok Sasak, Dikbud Lotim juga meluncurkan buku penunjang sebagai acuan para pendidik.
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Demi menjaga kelestarian Budaya Lokal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lombok Timur meluncurkan Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Sasak.
Peluncuran kurikulum Mulok ini merupakan buku pertama di NTB.
"Alhamdulillah, Lombok Timur merupakan kabupaten pertama," terang Kepala Dikbud Izzuddin saat launching acara pada, Sabtu (10/9/2022).
Selain kurikulum, Dikbud juga meluncurkan buku penunjang sebagai acuan para pendidik di tingkat satuan pendidikan yang selama ini telah melaksanakan pembelajaran muatan lokal tapi standarnya variatif.
Baca juga: Timbun 495 Liter BBM, Pria Asal Aik Darek Lombok Tengah Diringkus Polisib
"Karena itu, di berharap dengan terbitnya dua dokumen yang diluncurka Dikbud ini menegaskan agar satuan pendidikan menjadikannya sebagai acuan dalam pembelajaran di tingkat SD dan SMP," katanya.
Adapun dua dokumen itu berupa buku Capaian Pembelajaran (CP) Pembelajaran Muatan Lokal SD dan SMP di Lombok Timur dan buku Pendidikan dan Kebudayaan Sasak.
Karena, keduanya merupakan acuan dan pegangan guru untuk pembelajaran dan sudah diadaptasikan sesuai dengan perkembangan kurikulum merdeka belajar.
Baca juga: Anggota DPR RI Sari Yuliati Dukung NTB-NTT Jadi Tuan Rumah PON XXII 2028
"Terima kasih kepada bapak ibu guru yang turut mensukseskan peluncuran kurikulum ini," ucapnya.
Di tempat yang sama, Sekda Lombok Timur HM Juaini Taofik yang juga hadir pada acara tersebut mengatakan peluncuran kurikulum ini menjadi bagian penting untuk generasi mendatang. Persoalan pendidikan ini menurutnya membutuhkan waktu panjang.
Ia berharap proses pewarisan budaya lokal Sasak untuk generasi hari ini akan dirasakan pada 10 tahun mendatang.
"Tahun ini 2022 kita lounching, kita harapkan di tahun 2032 nanti kita akan merasakan efeknya," harapnya.
Sementara Kabid Kebudayaan Dikbud HL Wiramade menegaskan, proses penyusunan kurikulum muatan lokal ini memiliki catatan panjang.
Dalam berbagai diskusi budaya, selalu muncul harapan agar pewarisan budaya ini harus masuk di dalam kurikulum satuan pendidikan, karena hanya lewat itulah penjenjangan materi budaya itu bisa dilakukan dengan baik.
"Semua diskusi yang pernah tiang ikuti, para budayawan kita selalu memberikan rekomendasi untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Dan alhamdullah hari ini kita bisa launching," ucapnya.