TGB Zainul Majdi: Hati-hati Menjadi Juru Bicara Islam

Ketua Harian Nasional Partai Perindo ini mengutip pemaparan Habib Ali Al Jufri dalam sebuah karya hasil dari 6.000 responden dari Timur Tengah.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Dok Istimewa
TGB saat mengisi seminar nasional di UIN Sayid Ali Rahmatullah, Tulungagung pada Senin, (5/9/2022) / 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tokoh nasional TGB HM Zainul Majdi menjadi pembicara seminar nasional di UIN Sayid Ali Rahmatullah, Tulungagung. Ia mengingatkan, untuk berhati-hati saat menjadi juru bicara Islam.

"Ketika salah mendakwahkan Islam, menghujat orang lain, mengkafirkan, maka yang akan mendengar  tak nyaman dengan agama," katanya, Senin (5/9/2022).

Ketua Harian Nasional Partai Perindo ini mengutip pemaparan Habib Ali Al Jufri dalam sebuah karya hasil dari 6.000 responden dari Timur Tengah.

Hasilnya, 65 persen memiliki problem dalam agama.

Baca juga: Aksi Demo Tolak Kenaikan BBM di Lombok Timur, Tulisan Sindiran hingga Himmawati NW Panjat Pagar

"Ini karena yany disampaikan juru agama tak sesuai dengan keseharian, dan tak menghadirkan solusi kepada anak muda," bebernya.

Dijelaskan, narasi agama yang disampaikan melulu tentang kekuasaan. Termasuk juga mencela orang yang tak sama pandang.

"Narasi keagamaan menjadi tak sesuai karena karena salah menyampaikan," sambungnya.

Baca juga: Demonstrasi Tolak Kenaikan Harga BBM di Bima Berujung Bentrok, 1 Mahasiswa Terluka

Masih dari responden itu, sambung TGB, ada 12 persen merasa bermasalah dengan agama sendiri. Mereka mempertanyakan apa gunanya agama. Ada fenomena atheisme di dunia arab, ini puncak dari gunung es.

"Bagian besar peran ini karena juru bicara agama yang tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Termasuk disini juga adik-adik dari UIN Tulungagung," bebernya.

Ditambahkan, moderasi beragama menentukan masa depan agama. Cara menghadirkan agama, itu akan menentukan nasib agama ke depan. Dakwah ini keseluruhan konsep nilai dengan cara yang baik dan majemuk. Dakwah Islam tak boleh lepas dari nilai kebangsaan.

"Saya setuju dengan Prof Abad, UIN ini dakwah dan peradaban," tambahnya.

Baca juga: Tertibkan Kota Mataram, Kombes Pol Mustofa: Ketertiban di Mataram Jadi Tolak Ukur Pergerakan Ekonomi

Sebelumnya, Wakil Rektor III UIN Sayyid Ali Rahmatullah Prof Dr Abad Badruzzaman mengatakan, UIN ini merupakan kampus dakwah dan peradaban yang mampu mengintegrasikan khas ponpes dalam struktur belajar mengajar.

"Semester 1 dan 2 ada program ngaji pagi. Ada kelas pemula dengan berbagai kitab seperti Imrithi, Jurumiyyah, ataupun batshul masail," katanya.

Penanaman moderasi beragama, kata dia, dilakukan melalui pengajian pagi di kampus.
Dia menyebut, mereka yang belajar agama secara cepat cenderung berpikir ekstrem.

"Yang belajar cepat dalam agama, pendekatan halal haram bukan dengan pendekatan pondok yang harus buka kitab dulu ketika ada pertanyaan. Karena memang mengaji mendalam," ucapnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved