Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Pupuk Padat Ramah Lingkungan di Sumbawa (Bagian 2)
Proses pembuatan bokashi secara sederhana terbagi menjadi dua tahap yakni tahap aktif dan tahap pematangan
Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai.
Sifat bahan kimia adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan organik.
Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani.
Sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan.
Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memanfaaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik.
Untuk mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Pupuk organik padat lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak dimanfaatkan.
Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat yang biasa disebut dengan biourine.
Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik cair biasanya menggunakan EM4 yang dapat diperoleh di toko peternakan Mikroorganisme juga dapat di produksi sendiri dari bahan bahan alami (lokal) untuk mengurangi biaya produksi.
Mikroorganisme lokal (MOL) dapat diproduksi dari bahan nabati maupun hewani.
Miroorganisme yang berasal dari nabati menggunakan batang pisang, dan mikroorganisme hewani menggunakan kotoran ternak (feses).
Pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan mudah didapatkan.
Berdasarkan hasil survey dari seluruh potensi maupun permasalahan di Kabupaten Bone.
Maka secara umum dapat dikatakan, permasalahan yang termasuk dalam lingkup sektor pertanian secara perlu ditangani secara serius.
Mengingat sektor peternakan dan pertanian merupakan sektor penghasil terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bone.