Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Pupuk Padat Ramah Lingkungan di Sumbawa (Bagian 2)
Proses pembuatan bokashi secara sederhana terbagi menjadi dua tahap yakni tahap aktif dan tahap pematangan
Satu ekor sapi dewasa mampu menghasilkan rata-rata 15 liter urin per haraish.
Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan urin sapi dengan mengolahnya menjadi pupuk cair yang sering disebut dengan nama “Biourin”.
Biourin merupakan pupuk cair yang berbahan dasar urin yang mengandung unsur yang lengkap yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium dan unsur mikro yang lain yang bermanfaat untuk tanaman.
Penggunaan urin sapi sebagai pupuk organik akan memberikan keuntungan diantaranya harga relatif murah, mudah didapat dan diaplikasikan, serta memiliki kandungan hara yang dibutuhkan tanaman.
Kandungan urine sapi antara lain Nitrogen (N) : 1,4 hingga 2,2 persen , fosfor ( P ) : 0,6 hingga 0,7 persen , dan kalium ( K ) 1,6 hingga 2,1 persen. Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biourin dengan cara menginkubasinya terlebih dahulu hingga terdekomposisi.
Pada proses dekomposisi urin sapi ditambahkan lengkuas, kencur, kunyit, temulawak dan jahe.
Bau urin sapi diharapkan dapat dinetralisir dengan minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon.
Minyak atsiri tersusun atas eugenol, yang berfungsi sebagai antimikroba.
Sehingga, mikroba anaerob dalam proses pengomposan dapat berkurang.
Berkurangnya mikroba anaerob ini menyebabkan berkurangnya bau pada biourin.
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian.
Peningkatan jumlah ini juga disebabkan pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk
Dalam usaha usaha peningkatan hasil pertanian, para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah.
Nantinya, cara itu berpengaruh akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah.