Bincang TribunLombok
Gagasan 'Activist-Preneur' Ketua KNPI NTB: Matang secara Ekonomi Dulu, Terjun ke Politik Kemudian
Activist-preneur KNPI NTB sebagai upaya meruntuhkan stigma yang melihat para aktivis atau anak-anak muda hanya berorientasi politik praktis
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Wahyu Widiyantoro
Khususnya ihwal orientasi pemuda usai mengenyam pendidikan tinggi.
Ia menilai, pemuda atau aktivis yang telah menyelesaikan pendidikan tak boleh punya orientasi untuk menggantungkan harapan kepada pihak lain.
Baca juga: Dilema Kopi Tambora Dinikmati Namun Tak Dikenal, Pegiat Usulkan Terminal Kopi
Ia mengajak pemuda untuk berani mengambil langkah visioner.
Salah satunya dengan mendistribusikan langkah kongkret lewat konsep "activist-preneur".
Activist-preneur, kata Baihaqi, pada ujungnya akan membentuk pemuda yang mandiri dan berdaya.
Baihaqi menyebutkan bahwa KNPI NTB akan memberikan porsi yang lebih luas terhadap gagasan activist-preneur ini.
Hal itu juga relevan dengan tagline yang dibawa DPP KNPI pusat yang memang tengah mengembangkan activist-preneur.
"Tentu kita (KNPI) harus bisa menginventarisir. Di KNPI itu bukan saya sendiri, ada yang memang profesional di bidangnya masing-maisng yang kita ajak untuk bergabung. Itu nanti soal teknis. Tapi maksud saya visi kita harus ke sana, kita harus mulai melihat pemuda dari sisi yang berbeda," terang Baihaqi.
Tidak Anti Bicara Politik
Meski demikian, pria yang berprofesi sebagai arsitek itu tak membatasi ruang pembicaraan lingkup politik.
Baca juga: Kualitas Oke, Kopi NTB Butuh Sentuhan untuk Bisa Bersaing
"Kita tidak an sich berbicara soal politik. Di KNPI seperti kita berada di kawah candradimuka. Bahwa untuk berbicara politik secara universal itu harus. Ini memang menjadi isu yang paling menarik," jelasnya.
Namun, pihaknya ingin memastikan bahwa sendi-sendi lain selain politik, bisa terinternalisasi dalam diri para aktivis pemuda.
Salah satunya enterpreneur sebagai penopang.
"Saya berharap, teman-teman aktivis ini bisa terjun ke ranah politik ketika perkonomian mereka bisa dikatakan "settle". Jangan kita terjun ke ranah politik praktis hanya karena kemauan, melainkan kebutuhan," terang Baihaqi.
(*)