Laporan Khusus
Cerita Kopi Sembalun, Jejak Warisan Belanda di Kaki Gunung Rinjani
Kopi Sembalun memiliki sejarah panjang dan telah menjadi sumber penghidupan warga Sembalun, di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Sirtupillaili
Sebab di tempat itu masih terdapat pohon kopi besar yang berdiri kokoh dan masih berbuah hingga sekarang.
Konon pohon-pohon kopi ini merupakan 'warisan' Belanda pada awal-awal pengembangan kopi di Lombok.
"Jika berkunjung ke Dandaun nanti di sana kita akan lihat pohon kopi besar, dan itu merupakan kopi arabika dengan varian typica itu sendiri," ucapnya.
Saat ini wilayah tersebut masuk dalam Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
"Kendati demikian, beberapa petani yang ada di Sembalun banyak membawa biji kopinya dan di tanamkan di depan pekarangan rumah mereka," ujarnya.
Baca juga: Kopi NTB Terpinggirkan di Kampung Sendiri
Pengembangan komoditas kopi kini semakin diminati para petani Sembalun.
Kini semakin banyak petani yang serius menanam komoditas kopi.
Hal ini diakui Yogi, ketua Kelompok Petani Lereng Rinjani.
"Melihat tanah Sembalun yang cocok dengan kopi ini membuat para petani kopi mulai mengupayakan kehidupan (mengembangkan) kopi, khusunya kopi arabica typica ini," katanya.
Yogi menyebut, saat ini kelompoknya memiliki ribuan bibit kopi yang ditanam di lahan seluas 15 hektare.
Ia menyebut varian kopi arabika Sembalun merupakan produk andalan yang sudah diakui cita rasanya, hanya bisa ditemukan di Sembalun.
"Di sini kami ada arabika dengan varian typica, dimana parian ini diakui dengan cita rasa khasnya oleh para pecinta kopi," ucapnya.
Adapun untuk pembibitan, tahun 2022 ini pihaknya telah menyiapkan pembibitan sebanyak 15 ribu untuk arabika varian Gayo sekitar 1 kilogram, kemudian 3.000 typica.
Menurut Yogi, setiap pembeli kopi memang punya selera dan keinginan masing-masing.
"Tapi secara umum kopi arabika Sembalun diakui memiliki cita rasa khas dari penikmatnya," pungkasnya.
(*)
