Berita NTB

China Investasi 2,2 Triliun Bangun Kereta Gantung Rinjani, Pemprov NTB Sebut Di Luar Kawasan TNGR

Mohammad Rum menjelaskan bahwa nilai proyek kereta gantung Rinjani tersebut sebesar Rp2,2 Triliun.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI
Lanskap Gunung Rinjani. 

Adapun proyeksi investasi yang diberikan oleh pemerintah pusat ke NTB yaitu Rp18,5 triliun dan proyeksi internal Pemprov NTB sebesar Rp15,3 triliun.

Investasi yang cukup menonjol tahun ini salah satunya pembangunan Hotel Kempinski di Mekaki, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat oleh Wings Group.

Hotel tersebut sudah mulai dibangun di lahan seluas 26 hektare.

Perusahaan tersebut sebelumnya mengelola Hotel Indonesia Kempinski di Jakarta dan di Bali.

Selain hotel Kempinski dan Kereta Gantung, investasi yang cukup menonjol di NTB tahun ini yaitu pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

Investasi untuk pembangunan pabrik pemurnian emas dan tembaga tersebut jika mengacu pada rencana sebelumnya yaitu sebesar Rp26 triliun dan ditargetkan rampung 2023.

Jumlah tenaga kerja yang akan diserap selama masa konstruksi sebanyak 2.000 orang lebih.

Smelter yang dibangun kapasitasnya lebih kecil dari rencana awal 1,3 juta ton per tahun menjadi 900 ribu ton per tahun.

Nantinya, bukan hanya hasil tambang AMNT di KSB yang bisa diolah di smelter tersebut.

Tetapi hasil tambang dari PT Sumbawa Timur Mining di Dompu bahkan luar NTB bisa diolah di KSB

Kereta Gantung Perlu Kajian Mendalam

Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Dwi Sudarsono memberikan gambaran terkait rencana pembangunan proyek kereta gantung yang dibangun di bawah kaki Gunung Rinjani tersebut.

Menurut Dwi selain mengkaji efek secara ekonomi, proyek yang akan menelan anggaran Rp600 miliar tersebut harus dikaji secara dampak sosial Kawasan Gunung Rinjani.

“Apakah mempresentasikan dampak ekonomi yang akan dinikmati oleh masyarakat. Apa juga dampak bagi Kawasan wisatawan ke Gunung Rinjani. Ini kan seolah-olah berpotensi mematikan pendakian jalur utara dan timur di Rinjani,” ujar Dwi.

Jika dibangun untuk kepentingan perekonomian warga lanjut Dwi, bagaimana bentuk pekerjaan yang akan ditawarkan pihak investor untuk menempatkan lapangan pekerjaan bagi warga lokal khususnya di Lombok Tengah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved