Wawancara Khusus
Suhardi Soud: Saya Terus-menerus Menjaga Integritas karena Itu yang Paling Mahal
Hingga hari ini telah hampir 20 tahun Suhardi Soud berkhidmat menjaga napas demokrasi yang berkualitas.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Dion DB Putra
Karena satu prinsipnya yang penting jangan berusaha untuk berbuat salah. Karena kalau kita berbuat salah maka kita akan terngiang-ngiang terus.
Jadi selama pekerjaan ini kita lakukan dengan sesuai peraturan KPU, integritas kita jaga, menjalin hubungan yang baik dengan stakeholder.
Menjadi KPU itu bukan kita menjadi super hero, karena kita tidak bisa menyelesaikan persoalan sendiri, tapi kita juga melibatkan stakholder pemilu.
Kalau partai politik tidak bagus komunikasinya, tidak kita layani dengan baik mungkin dia juga bisa tidak bagus responsnya dengan KPU.
Tetapi alhamdulilah dalam proses itu kita melalui proses yang luar biasa. Dan dari tahun ke tahun sejak 2003 sampai sekarang pemilu ini semakin baik.
Semakin transparan, dan dengan adanya teknologi informasi serta keberanian KPU untuk membuka diri, baik dari proses maka dengan itu kita semakin terjaga sebagai penyelenggara.
Jadi teknologi, sistem itu bisa menjaga kami dalam bekerja dengan baik.
Pak Suhardi pelaku sejarah. Dua dasawarsa menjadi penyelenggara pemilu. Mungkin ada niat menulis buku?
Ya saya juga niat bikin buku, cuma belum kesampaian. Pengalaman mengelola pemilu ini bisa menjadi pembelajaran bagi saya sendiri dan anak-anak muda nanti. Kebetulan saya memang mulai di usia 27 tahun.
Tapi ternyata pendekatannya sama, mau di mana saja, yang penting kita baik saja. Itu aja kesimpulannya. Baik, kompetensi kita jaga, integritas kita jaga, insya Allahlah.
Kita enggak boleh menutup diri, karena ini lembaga terbuka. Semua orang bisa koreksi kita, semua orang bahkan bisa mencerca kita. Makanya menjadi penyelenggara pemilu itu harus punya daya tahan menghadapi gelombang.
Kalau dalam Islam kan, dalam sholat, antara satu gerakan ke gerakan lain itu harus ada tumakninah, jadi ketika kita menghadapi persoalan, kita mundur sedikit, untuk lebih jeli melihat persoalan. Kita terus mengoreksi diri.
Setelah selesai di KPU pada 2024 nanti, ada rencana kemana Pak Suhardi?
Ya saya belum tahu ini ke manapun, kita jalani saja.
Kalau sudah habis di daerah begini, ke pusat bisa ya?
Ya bisa saja, ke samping juga bisa, misalnya ke Bawaslu atau lembaga-lembaga lain.
Mau jadi politisi boleh juga kan, tapi ya ini tergantung pilihan ya. Nanti kita lihat mana yang lebih tepat.
Selain di KPU, Pak Suhardi kesibukannya apa? Apakah mengajar juga?
Kebetulan KPU sekarang sudah tidak boleh mengajar, harus tunggal. Jadi ya kita aktivitas full di KPU. Bahkan jadi ketua RT pun enggak boleh, ormas.
Kalau dulu masih boleh, kalau sekarang tidak. Untuk menjaga independensi, penyelenggara pemilu harus bebas dari conflict of interest.
Terakhir, silakan Pak Suhardi menyampaikan sesuatu kepada publik tentang kepemiluan atau apapun dalam rangka membangun demokrasi kita yang lebih baik.
Ya pemilu 2024 ini adalah pemilu di mana anak muda punya porsi yang tinggi di daftar pemilih.
Maka selayaknya anak-anak muda harus mampu memberikan kontribusi terbaiknya dengan datang ke TPS menggunakan hak pilihnya, karena ketika anda hari ini memilih maka kelak anda akan dipilih. Itu siklus sejarah.
Kalau kita punya konsistensi dan komitmen kebangsaan yang baik maka anak-anak muda ini akan memimpin bangsa. Jadi tidak ada jeda transisi yang panjang karena mereka sudah paham.
Nah inilah mengapa kita mengajak teman-teman generasi muda untuk datang menggunakan hak pilih yang seusai dengan zaman anda. Saya kira begitu. (lalu helmi/habis)
Simak wawancara khusus lainnya di sini