Wawancara Khusus
Suhardi Soud: Saya Terus-menerus Menjaga Integritas karena Itu yang Paling Mahal
Hingga hari ini telah hampir 20 tahun Suhardi Soud berkhidmat menjaga napas demokrasi yang berkualitas.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Dion DB Putra
Tapi kita juga punya strategi, salah satunya membatasi usia. Jadi usia yang bisa menjadi KPPS mungkin sampai 50 tahun, dan itu cek ada komorbid atau tidak. Biar kita enggak saling menyalahkan. Nanti setelah pemilu baru ramai.
Kalau kita tahu itu maka kita harus mempersiapkan dan saya kira KPU concern di situ.
Ya saya kira anak-anak muda harus berani. Tidak hanya melihat pemilu itu dari luar. Kita berharap agar anak muda bisa masuk menjadi penyelenggara pemilu.
Beberapa waktu yang lalu Ketua KPU RI mulai mewacanakan kenapa tidak anak-anak mahasiswa dari kampus dengan konsep merdeka belajar atau kegiatan di luar kampus, kenapa tidak menjadi penyelenggara pemilu di daerahnya masing-masing.
Jadi mereka pulang, idealismenya itu diuji nanti di lapangan, bisa menjadi penyelenggara dan mungkin trust publik akan membuat mereka lebih percaya. Saya kira anak muda harus siap tampil.
Pak Suhardi, saya membaca rekam jejak Bapak yang sudah 20 tahun mengabdi sebagai komisioner pemilu. Tidak banyak orang seperti Pak Suhardi, kira-kira apa yang mengasyikkan selama menjadi penyelenggara pemilu?
Ya saya memulainya di tahun 2003, saya selesai kuliah 2002, kemungkinan beruntung aja. Background saya aktivis di kampus, kemudian organisasi saya di ekstra, saya Ketua Umum HMI di Mataram. Saya pulang ke Sumbawa ada seleksi.
Saya bilang, kenapa ini tidak menjadi ruang bagi kita untuk mengimplementasikan ide dan gagasan untuk masuk ke lembaga negara yang di situ kita diuji integritasnya.
Selama proses 10 tahun dan sekarang 20 tahun di KPU saya merasa yang paling penting itu pertama kita harus punya kompetensi, profesional dalam bekerja, dan yang paling mahal itu integritas.
Ketika integritas ini tercederai kita enggak bisa obati. Saya secara terus-menerus menjaga ini.
Di KPU itu kita sangat terbantu dengan kolektif kolegial, saling membantu saling memberikan pemahaman dalam melihat setiap persoalan yang ada.
Ketika kita mau rendah hati sedikit untuk menerima pandangan orang maka kita akan sama-sama menghadapi hal itu.
Saya punya pengalaman, tim itu selalu kompak. Enggak boleh ada lonjong-lonjong, Insya Allah akan selalu jadi mudah.
Selama 20 tahun di KPU, apa tekanan yang paling diingat?
Alhamdulillah yang tidak ada tekanan yang terasa besar karena dia akan terurai dengan waktu.