Berita Bima
Penderita HIV/AIDS Beresiko Tinggi Akhiri Hidup, Dikes Imbau Warga Tidak Kucilkan Mereka
Dinas Kesehatan Kota Bima meminta warga agar tidak mengucilkan para penderita HIV/AIDS karena mereka rentan bunuh diri. Faktor lingkungan mempengaruhi
Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Penderita HIV/AIDS beresiko tinggi mengambil langkah nekat mengakhiri hidup dibanding kelompok rentan lain.
Persoalan HIV/AIDS ini diungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima Ahmad.
Kecenderungan itu seiring dengan bertambahnya kasus HIV/AIDS di Kota Bima.
"Hapus stigma buruk terhadap pengidap HIV/AIDS. Apalagi sampai mengucilkan mereka dari interaksi sosialnya," ujar Ahmad, pada TribunLombok.com.
Pria yang baru saja menjabat ini menegaskan, penularan HIV/AIDS tidak bisa terjadi hanya dengan menjadi teman bergaul dan berinteraksi.
"Seperti yang sudah disampaikan, penularannya bisa melalui transfusi darah, hubungan seksual atau dari ASI ibu kepada bayi," jelasnya.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Kota Bima Terus Meningkat, Januari-Juni 2022 Bertambah 20 Kasus
Pihaknya khawatir risiko pengidap HIV/AIDS bunuh diri sangat tinggi.
Risiko itu akan lebih tinggi jika lingkungan di sekitarnya mengucilkan para pengidap HIV/AIDS.
Belum lagi berhadapan dengan penyakit yang silih berganti kambuh karena sifat virus HIV/AIDS menyerang sistem imun tubuh penderita.
"Makanya Dinkes Kota Bima berkewajiban melatih konselor bunuh diri," ungkap Ahmad.
Ia menjelaskan, ada istilah di kementerian kesehatan untuk konseling bunuh diri.
Konseling dianggap penting, karena penderita HIV/AIDS mempunyai resiko bunuh diri.
Sehingga, petugas kesehatan harus selalu memperhatikan mereka dan memberi nasihat kepada mereka.
Menurut Ahmad, mencegah penularan HIV/AIDS bukan dengan menjauhi apalagi sampai mengucilkan penderita saat interaksi sosial.