Mengenal Laut Biru, Gerakan Lingkungan yang Patroli Bersihkan Sampah di Pantai
Daerah pesisir atau kawasan wisata pantai, pun menjadi titik yang paling sering menerima dampaknya. Dampak ini didorong oleh banyaknya sampah yang dib
Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA – Lombok dengan segala keindahan alamnya tak lepas dari ancaman pencemaran sampah.
Daerah pesisir atau kawasan wisata pantai menjadi titik yang paling sering menerima dampaknya.
Dampak ini disebabkan banyaknya sampah yang dibuang ke sungai kemudian bermuara di laut.
Dari latar belakang itu, gerakan Laut Biru terbentuk di Lombok Utara dengan tujuan memastikan kesehatan lingkungan di lapangan.
Baca juga: Pemkot Mataram akan Menaikkan Tarif Retribusi Sampah
Rori Efendi, kordinator kelompok Laut Biru menjelaskan, aksinya konkret dengan menyisir kawasan pantai dan mengumpulkan sampah-sampah yang ditemukan terbuang sembarangan.
"Sampah-sampah plastik biasanya kami serahkan ke bank-bank sampah, tapi selain sampah plastik sejauh ini kami buang di tempat pembuangan akhir. Itu dulu yang kami lakukan, karena belum belajar cara mengolahnya,” jelas Rori, Rabu (25/5/2022).
Gerakan Laut Biru dibentuk tahun 2022 ketika kasus pandemi melandai dan aktivitas wisatawan mulai kembali ramai.
Awal terbentuknya gerakan Laut Biru bertepatan dengan periode diselenggarakannya event MotoGP Mandalika 2022.
Ketika itu, volume sampah di Lombok Utara meningkat drastis, terutama di Pantai Nipah dan Gili Trawangan.
“Selama periode itu, kami rutin melakukan patroli menyisir pantai. Hasilnya? Tiga karung setiap hari? Itu pun belum menyeluruh karena kami kekurangan tenaga,” ungkapnya.
Baca juga: Pasca Perayaan Lebaran Topat, Loang Baloq Menjadi Penyumbang Sampah Terbanyak
Rori memprediksi, potensi pencemaran lingkungan masih akan terjadi hingga 10 tahun ke depan seiring digelar berbagai event olahraga internasional.
Ia berharap, selanjutnya wisatawan dapat membangun kesadaran menjaga lingkungan dan tidak bergantung hanya pada petugas kebersihan.
“Tanggung jawab menjaga lingkungan bukan hanya oleh petugas kebersihan, tetapi juga kita, manusia yang hidup di bumi ini. Karena itu, jadilah wisatawan yang peduli. Anggap ini jadi rumah kalian sendiri,” pungkasnya.
(*)