Kronologi Kebakaran Besar di Cilacap, 10 Kapal Turut Dilalap si Jago Merah, Sempat Terdengar Ledakan
Sejumlah kapal nelayan yang sedang bersandar di Dermaga Wijayapura, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dilaporkan terbakar.
TRIBUNLOMBOK.COM - Sebuah kebakaran besar menjadi sorotan masyarakat.
Insiden itu melanda sejumlah kapal nelayan.
Peristiwa itu terjadi di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (3/5/2022) sore.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP/Basarnas) Cilacap I Nyoman Sidakarya angkat bicara mengenai hal ini.
Ia mengungkapkan kronologi peristiwa tersebut.
Menurutnya, sesaat sebelum kebakaran sempat terdengar ledakan dari salah satu kapal.
Baca juga: Di tengah Lebaran 1443 H, Tampah Hills Hotel dan Resort Mengalami Kebakaran
Baca juga: Hotel di Lombok Tengah Kebakaran di Malam Takbiran, Penyebab Masih Diselidiki
"Salah satu kapal yang sedang bersandar mengalami ledakan yang mengakibatkan kebakaran," kata Nyoman melalui keterangan tertulis, Selasa malam.
Kobaran api menyebar dengan cepat.
Si jago merah kemudian merambat ke kapal lain yang sedang bersandar di lokasi tersebut.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah kapal nelayan yang sedang bersandar di Dermaga Wijayapura, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dilaporkan terbakar, Selasa (3/5/2022) sore.
Baca juga: Nestapa Petani Korban Kebakaran di Bima: Padi Hasil Panen Jadi Abu, Bibit Bawang Jadi Arang
Berdasarkan pendataan sementara, hingga saat ini sedikitnya terdapat 10 kapal yang terbakar.
Belum diketahui penyebab kebakaran tersebut.
Hingga pukul 19.00 WIB tim damkar masih berupaya mengendalikan kobaran api.
Warga di sekitar lokasi kebakaran pun telah dievakuasi ke lokasi yang lebih aman seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Sebelum Kebakaran Besar, Sempat Terdengar Ledakan dari Salah Satu Kapal Nelayan di Cilacap".
Kasus Kebakaran Lainnya
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Peribahasa ini cocok disematkan pada nasib korban kebakaran di Desa Renda, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima yang sebagian besar merupakan petani.
Pada Minggu (1/5/2022), kaki saya melangkah di antara kepulan asap dari sisa material kayu dan padi yang terbakar.
Bau khas terbakar menyengat hidung, abu sisa kayu yang terbakar beterbangan membuat aliran napas di hari terakhir ramadhan, terasa begitu menyesakkan.
Baca juga: Korban Kebakaran di Bima Butuh Bantuan Pakaian, Makanan Jadi, Air Bersih, dan Sanitasi Darurat
Suara seng karena diinjak petugas pembersih puing bangunan yang terbakar, terdengar seolah menjadi pelengkap gambaran musibah yang menimpa puluhan warga di Desa Renda.
Suhu saat itu mencapai 35 derajat. Sangat panas untuk pukul 09.00 WITA.
Langkah kaki saya terhenti, pada seorang perempuan paruh baya, duduk meratapi puing bangunan yang menghitam.
Mengenakan jilbab merah dan daster lusuh, menekuk wajahnya dengan telapak tangan.
Di sampingnya terdapat beberapa perempuan dan laki-laki lain, yang sibuk mengais sisa padi yang tidak ikut terbakar.
Puluhan ton padi yang baru saja dipanen dan belum sempat dijual karena harga yang anjlok, kini hangus tidak tersisa.
Begitu pun dengan bibit bawang bernilai ratusan juta, yang seharusnya ditanam setelah lebaran ini, kini ludes menjadi abu.
Beberapa korban ditemui, untuk mendengarkan bagaimana mereka mengetahui musibah yang menimpa pertama kali.
Rasmani, satu di antara korban yang dengan penuh kepasrahan meminta belas kasihan pemerintah mengulurkan bantuan padanya.
Ia pun bercerita kepada TribunLombok.com, bagaimana pertama kali mendapatkan kabar yang mengejutkan tersebut.
Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing, suara dering telepon seluler yang dimiliki Rasmani, pada Sabtu (30/4/2022) sore.

Saat itu Rasmani sedang berada di Kabupaten Sumbawa, menyiapkan lahan sawahnya untuk ditanami bawang usai Idul Fitri.
"Ternyata itu telepon tetangga saya, yang ngasitau rumah saya terbakar," ungkap Rasmani dengan suara bergetar, menahan pedih.
Sesaat Rasmani memiliki harapan dan langsung menghubungi anaknya, agar segera melihat rumah dan menyelamatkan isi rumah.
Sayangnya ungkap Rasmani, rumah anaknya tersebut cukup jauh dari rumahnya dan api yang berkobar begitu besar sehingga tidak ada barang yang bisa diselamatkan.
"Hanya satu sepeda motor yang berhasil dikeluarkan, itu pun anak saya hampir kena api," ceritanya menggunakan bahasa Bima.
Dengan penuh rasa kalut dan lemah, Rasmani meninggal Kabupaten Sumbawa dan pulang ke Desa Renda.
Serasa tidak bertulang, Rasmani akhirnya jatuh karena tidak sanggup melihat dua rumahnya hangus rata dengan tanah.
Baca juga: Jamaah Ahlul Sunnah Waljamaah di Kota Bima Gelar Salat Idul Fitri 1443 H Lebih Awal
"Dua rumah saya, semuanya rata dengan tanah," ujarnya dengan bulir air mata menetes perlahan.
Tidak hanya rumah, Rasmani harus melihat tumpukan padi yang baru saja dipanen telah menjadi sekam hangus.
Uang tunai Rp 50 juta, hasil gadai STNK mobil untuk persiapan tanam bawang pun telah menjadi abu.
"Termasuk emas saya, 5 gram juga terbakar. Saya masih berharap bisa temukan," akunya, menatap puing rumah yang menghitam karena terbakar.
Rasmani tidak sendiri, petani lainnya Yunita juga mengalami nasib serupa.
Rumah dua lantai yang dimilikinya, terbakar beserta perabotannya.
Tidak hanya itu, bibit bawang sebanyak 4 ton dan sertifikat lahan hangus tanpa menyisakan bekas.
"Rumah kosong. Saya, suami bersama tiga anak ada di Sumbawa untuk persiapan tanam bawang," ungkapnya.
Yunita perkirakan kerugian yang diderita mencapai Rp 300 juta lebih.
Saat ini, ia bersama korban kebakaran lain menumpang di rumah tetangga dan saudara.
Ia berharap, akan ada bantuan pemerintah sekedar untuk membangun rumah sementara.
Sedangkan untuk harapan menanam pada musim tanam bawang ini, Yunita mengaku belum bisa memikirkannya.
"Sudah tidak ada harapan lagi rasanya, semuanya sudah hangus," pungkasnya.

Kecamatan Belo Jadi 'Langganan' Kebakaran
Dalam catatan media, Kecamatan Belo Kabupaten Bima menjadi kecamatan yang kerap terjadi musibah kebakaran.
Beberapa desa yang paling sering di antaranya, Desa Ngali dan Desa Renda.
Dua desa ini bersebelahan, dengan latar belakang kehidupan sosial kemasyarakatan yang hampir sama.
Warganya mayoritas petani bawang, sehingga rumah penduduk di dua desa ini juga mayoritas jenis rumah panggung (kayu) dengan atap seng.
Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai gudang penyimpanan bawang.
Baca juga: Penyebab Kebakaran di Desa Renda Bima Belum Diketahui, Warga Kecewa Mobil Pemadam Terlambat Datang
Inilah menjadi alasan rumah penduduk di Desa Ngali, Renda dan desa sekitarnya beratapkan seng dan induk rumah dari kayu.
Camat Belo, Rijal Mukhlis mengakui kecamatannya tersebut kerap menjadi langganan kebakaran.
Satu-satunya mobil pemadam kebakaran yang di siagakan di kantor camat, telah rusak sejak tahun 2021 lalu.
"Rusak saat digunakan untuk kebakaran di Ncenggu tahun 2021 lalu," akunya.
Rijal menjelaskan, sudah mengembalikan mobil damkar tersebut ke BPBD Kabupaten Bima untuk diperbaiki.
Alasannya, jangan sampai mobil yang rusak tersebut terlihat ada di kantor camat tapi tidak bisa digunakan ketika ada musibah kebakaran seperti sekarang ini.

"Sudah sempat diperbaiki, terus diserahkan ke kita. Tapi ketika saya coba, masih rusak. Jadi saya kembalikan lagi, sampai sekarang belum kembali," ujarnya.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kebakaran besar juga menghanguskan puluhan rumah warga Desa Ngali.
Lambannya mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi, selalu muncul dari warga ketika musibah ini terjadi.
Baca juga: BREAKING NEWS: Puluhan Rumah di Desa Renda Bima Dilahap Si Jago Merah
Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Bima memikirkan, bagaimana musibah yang menjadi langganan ini bisa segera diatasi sebelum membesar.
Tidak hanya menyediakan mobil damkar, tapi petugas yang siaga 24 jam dan anggaran pemeliharaan yang memadai sehingga armada siap digunakan setiap saat.
(Kompas/ Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain) (TribunLombok)