Festival Berayan, Bentuk Kepedulian Terhadap Kesenian Wayang Sasak di Era Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, para seniman di Nusa Tenggara Barat (NTB) berusaha tetap bertahan. Mereka beradaptasi dengan teknologi informasi kekinian.
Penulis: Patayatul Wahidah | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Patayatul Wahidah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Pandemi Covid-19 tidak hanya mengkukung geliat perekonomian tetapi juga geliat kesenian.
Kesenian wayang misalnya, para dalang yang biasa tampil di depan publik terpaksa menghentikan kegiatan itu karena adanya Covid-19.
Sehingga mereka harus beradaptasi dengan teknologi digital untuk bisa bertahan di era pandemi.
Sekolah Wayang Sasak kemudian mencetuskan gerakan Festival Berayan.
Festival ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kesenian perwayangan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Gagasan ini kemudian disambut dengan bantuan dari kawan-kawan, gusdurian peduli, gerakan cinta Islam dan Kitabisa.com,” kata Abdul Latief Apriaman, Ketua Yayasan Pedalangan Wayang Sasak, Mataram, 27 April 2022.
Baca juga: Kisah Pilu Ibu Asal NTB: Kerja Tanpa Dibayar di Rumah Anak, Kini Dipolisikan Buah Hatinya Sendiri
Baca juga: Lasqi Kecamatan Praya Timur Resmi DiLantik, Siap Syiarkan Agama Lewat Media Kesenian
Pola dukungan yang diberikan yakni dengan memberikan stimulus kepada sanggar perwayangan berupa smartphone.
Nantinya para dalang bisa merekam aktivitas perwayangan menggunakan smartphone tersebut.
Untuk diunggah pada kanal YouTube mereka masing-masing.
“Kami berharap para dalang ini kemudian bisa membuat konten-konten kreatif seputar dunia perdalangan,” ujarnya.
Sehingga pandemi Covid-19 tidak menghentikan para seniman untuk hadir dan mengalir di era digital.
Sementara Pikong selaku Pendiri Sekolag Pedalangan Wayang Sasak mengatakan transformasi digital ini merupakan hal baru bagi para dalang.
Akan tetapi para dalang tetap mencoba berkenalan dengan teknologi.
Kemudian para dalang pun harus terbiasa melakukan pertunjukan dengan durasi yang singkat.
“Kami dari sekolah pedalangan wayang sasak bersama dengan para pendamping mencoba untuk berdiskusi agar mereka terbiasa,” jelasnya.
Adanya Covid-19 pada akhirnya menjadikan dalang harus berkawan dengan teknologi.
(*)