Cerita Muhammad Ridwan, Pendiri Thrift Shop Tangkong, Dihujat Keluarga hingga Bisa Ekspor Baju Bekas
Terjun di dunia bisnis pakaian bekas, menjadi perjuangan tersendiri bagi Muhammad Ridwan.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Terjun di dunia bisnis pakaian bekas, menjadi perjuangan tersendiri bagi Muhammad Ridwan.
Pria yang karib disapa Ridwan ini pun membagikan ceritanya kepada TribunLombok.com, perjalanannya mendirikan brand fesyen Thirft Shop Tangkong.
Cerita berawal dari cemoohan, keraguan orang terdekat yakni keluarga, hingga akhirnya dirinya sukses memiliki bisnis pakaian bekas di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Ngapain sih jual baju bekas?” ucap Ridwan menirukan keraguan orang-oran terdekatnya, saat ditemui TribunLombok dalam acara Lombok Thrift Market Vol.3 di Transmart Mataram, pada Minggu (24/4/2022).
Kalimat tersebut menjadi kalimat yang selalu ia ingat.
Baca juga: Menikah Hingga Sembilan Kali, Begini Pengakuan Sapar Pria 55 Tahun yang Nikahi Gadis Belasan Tahun
Kini ketekunan membuahkan hasil, bahkan hingga saat ini dia telah menjadi ketua komunitas Thrift Shop Lombok, dan memiliki sebuah toko off-line Thrift di Pejeruk, Mataram.
“Dulu mindset saya, orang Lombok itu maunya mewah tetapi murah, karena saya ingin menjaga pasar thrift ini tidak sebagai barang yang buruk dan murahan,” ucapnya.
Thirft Shop Tangkong pun telah menjajal pasar lokal, nasional, bahkan internasional.

Ridwa mengaku pernah melakukan pengiriman barang menuju Swedia.
“Malaysia, Thailand, itu sudah langganan bagi produk saya,” ucapnya.
Namun kini selama empat bulan terakhir dirinya lebih banyak berfokus di pangsa pasar lokal, lantaran dianggapnya lebih menjanjikan.
Tolak ukur menjanjikannya tidak lain dari edukasi masyarakat yang sudah mulai paham kualitas produk.
“Saya sangat bersyukur UNIQLO mulai buka di Lombok, karena dari situ masyarakat bisa membandingkan kualitas dan harga,” katanya.
Karena, baju di UNIQLO cukup mahal, dan kualitas yang sangat baik, bisa didapatkan di thrift shop lokal, dengan margin 30 persen lebih murah.
Untuk keberlanjutan usaha thriftnya, kini Ridwan bersama thrift shop lainnya, telah menggandeng JNE, sebagai jasa pengiriman barang mereka.
Baca juga: Tuai Pro Kontra, Begini Dampak Pernikahan Dini Menurut Psikolog di Lombok Tengah
Baca juga: Peringati Hari Kartini, Pertamina Jatimbalinus Sosialisasi Pemenuhan Gizi Demi Mengurangi Stunting
Bahkan, di era digital ini, mereka juga memberlakukan pembayaran secara online, dan pemesanan secara online.
Dalam pandangan ke depannya, Ridwan berharap agar pangsa pasar di Lombok agar semakin besar, lalu dapat mengubah haluan thrift shop.
Yang dari awalnya pakaian bekas adalah barang yang tidak bernilai dan memandangnya secara sebelah mata, menjadi barang yang berharga.
(*)