Bulan Ramadhan
Cerita Pedagang di Mataram Tetap Buka saat Puasa, Sadar Dosa Tapi Nekat Jualan Demi Bayar Utang
Sejumlah pedagang nasi di Kota Mataram nekad berjualan pada siang hari saat puasa Ramadhan. Hal itu mereka lakukan demi membayar utang ke koperasi.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tidak semua warung makan di Kota Mataram tutup saat Ramadhan.
Seperti deretan warung makan di Jalan Ismail Marzuki, Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara.
Warung-waung di tempat ini tetap beroperasi, bahkan makin masif saat Ramadhan.
Pantauan TribunLombok.com, Jumat (8/4/2022) siang, warung-warung tersebut terpantau ramai oleh pengunjung.
Seorang pedagang warung nasi yang ditemui mengaku Ramadhan kali ini cukup sepi dibanding sebelum pandemi Covid-19.
“Dulu sebelum covid-19, kalau bulan Ramadhan kita selalu ramai, bahkan kewalahan,” ungkap pedagang yang enggan diungkap identitasnya ini.
Baca juga: Asyik Nyabu saat Puasa Ramadhan, Sepasang Kekasih di Kota Bima Terciduk Polisi
Baca juga: Jelang Ramadan, Disdag Kota Mataram Gelar Pasar Murah Minyak Goreng hingga Gula Pasir
Menurutnya, keuntungan berjualan saat Ramadhan sangat besar. Dia bisa membayar utang mereka di koperasi.
Beda dengah sekarang, setelah Covid-19 melanda pengunjung agak sepi.
“Kalau sekarang hanya bisa mengembalikan biaya produksi, beda dengan dulu,” tambahnya.
Sebab nilai utang koperasi mereka hampir sama dengan utang para mahasiswa di warung mereka.
“Biaya produksi belum tertutupi, tetapi ditambah dengan utang mahasiswa,” ucapnya.
Menurutnya, mahasiswa dulu lebih sering berbelanja, tidak seperti mahasiswa sekarang.
“Dulu mah mereka makan, minum, rokok di sini, kalau sekarang berbeda, mentok cuman kopi,” tekannya.
Meski tetap beroperasi saat bulan Ramadhan, pedagang itu mengaku aparat tidak berbuat banyak.
“Syukurnya mereka mengerti, dan hanya menghimbau saja, tidak sampai menutup warung,” katanya.
Himbauan itu didasarkan karena ucapan para pedagang yang menitipkan nasib mereka untuk berjualan dan mendapat laba di bulan Ramadhan ini.
Karena sebelumnya, mereka hanya terus merugi akibat makanan yang kurang laku dan rusak.
“Meski berdosa, tetapi ini cara kami bertahan,” tutupnya.
Selama Ramadhan, Pemerintah Kota Mataram melarang pedagang nasi berjualan pada siang hari.
Mereka tetap diizinkan berjualan mulai sore hari hingga malam hari saat orang tidak berpuasa.
(*)