Konflik Rusia vs Ukraina
Kelompok Garis Keras Rusia Diduga Meracuni Roman Abramovich dan Negosiator Ukraina
Menurut kantor berita AFP, Abramovich dan negosiator Ukraina kemungkinan diracuni kelompok garis keras Rusia yang mau sabotase perundingan damai.
TRIBUNLOMBOK.COM, KYIV - Kelompok garis keras Rusia diduga telah meracuni miliarder Roman Abramovich dan negosiator Ukraina setelah pertemuan di Kyiv awal bulan ini.
Demikiran laporan Wall Street Journal dan kantor berita investigasi Bellingcat pada Senin 28 Maret 2022.
Menurut kantor berita AFP, Abramovich dan negosiator Ukraina kemungkinan diracuni kelompok garis keras Rusia yang mau sabotase perundingan damai.
Baca juga: Intelijen AS Menilai Putin Mulai Marah dan Frustrasi, Bakal Tingkatkan Gempuran ke Ukraina
Baca juga: Kisah Kasih di Tengah Perang, Tentara Ukraina Lamar Kekasihnya di Pos Pemeriksaan
Wall Street Jornal melaporkan, Roman Abramovich yang menerima permintaan Ukraina untuk bantu menegosiasikan diakhirinya invasi Rusia ke Ukraina, terpengaruh oleh insiden itu.
Ditanya tentang dugaan keracunan, negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, "Ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi".
Rustem Umerov. anggota lain dari tim perunding Ukraina, mendesak orang-orang untuk tidak mempercayai informasi yang belum diverifikasi.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba lalu menyarankan, "Siapa pun yang akan bernegosiasi dengan Rusia jangan makan atau minum apa pun, (dan) sebaiknya menghindari menyentuh permukaan benda".
Sejauh ini Kremlin belum menanggapi permintaan komentar melalui e-mail dari Reuters.
Mata merah dan kulit mengelupas
Menurut laporan WSJ, Roman Abramovich dan para negosiator menunjukkan gejala yang meliputi mata merah, serta kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.
Namun, kini Abramovich dan negosiator Ukraina termasuk Umerov yang merupakan anggota parlemen Tatar Crimea telah membaik kondisinya. "Nyawa mereka tidak dalam bahaya," menurut laporan WSJ.
Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengonfirmasi insiden itu kepada Reuters, tetapi mengatakan bahwa Abramovich tidak akan berhenti bekerja.
Bellingcat melaporkan, para ahli yang memeriksa insiden itu menyimpulkan, keracunan dengan senjata kimia yang tidak ditentukan adalah penyebab paling mungkin.
Mengutip para ahli, Bellingcat mengatakan bahwa dosis dan jenis racun yang digunakan tidak cukup untuk mengancam nyawa.
"Dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban daripada menyebabkan kerusakan permanen. Para korban berkata, mereka tidak mengetahui siapa yang mungkin tertarik untuk menyerang," tambahnya.
Ketiga pria yang mengalami gejala tersebut hanya mengonsumsi air dan cokelat beberapa jam sebelumnya, kata Bellingcat.