Menengok Rumah dari Sampah Kertas di Kota Mataram, Tahan Api dan Gempa Bumi
Theo Setiaji Suteja, warga di Kota Mataram membuat rumah dari daur ulang sampah kertas. Rumah ini tahan gempa hingga tahan dari api. Ramah lingkungan.
Penulis: Patayatul Wahidah | Editor: Sirtupillaili
“Waktu basah, satu batu bata ini beratnya 2 kilogram, sekarang sisa setengah kilo, berarti satu setengah kilo terjadi penyusutan. Nah, itulah yang menciptakan kekuatannya,” jelasnya.
Batu bata dari daur ulang sampah kertas tidak hanya membuat bobot rumah ringan, tapi menjadikan konstruksi rumah lebih kokoh.
Melebihi batu bata yang umum digunakan selama ini.
Karena itulah, saat gempa besar mengguncang Lombok 2018 lalu, The Griya Lombok tetap berdiri kokoh tanpa adanya retakan.
Tidak hanya tahan gempa, penggunaan daur ulang sampah kertas ini juga bisa tahan terhadap api dan air.
Theo menunjukkan atap gazebo miliknya yang bertahun-tahun terpapar hujan panas namun kondisinya tetap terjaga.
“Batu bata dari kertas bagaimana ya? Aman ndak? Waktu gempa kemarin aman. Kena api gimana? Sering kita demo, bakar dengan pertalite dan bensin," ujarnya.
"Kena air gimana pak? Uuh itu atap berugak udah dua setengah tahun usianya, itu dari kertas itu,” ujarnya.
Theo berharap ke depannya limbah kertas dapat menjadi pilihan pengganti kayu dan batu bata dalam proses pembangunan.
(*)