Dokter Tewas Ditembak Densus 88: Keluarga Masih Tak Percaya, Polisi Sebut Sudah Tersangka Teroris
“Status tersangka, status SU sebelum dilakukan penangkapan adalah tersangka tindak pidana terorisme, bukan terduga,” kata Ramadhan.
Penulis: Irsan Yamananda | Editor: Irsan Yamananda
TRIBUNLOMBOK.COM - Seorang dokter dikabarkan tewas setelah ditembak oleh Densus 88.
Peristiwa itu terjadi di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kini, terungkap bahwa dokter tersebut berinisial SU.
Awalnya, beredar kabar bahwa SU merupakan terduga teroris.
Sontak, hal tersebut membuat keluarga berencana menempuh jalur hukum.
Mereka masih tak percaya jika sang dokter terlibat jaringan terorisme.
Baca juga: Dokter SU, Terduga Teroris yang Ditembak Mati Densus Sempat Coba Melarikan Diri
Baca juga: Dokter Tewas Ditembak Densus 88, Keluarga Tak Yakin SU Terlibat Teroris: Suka Beri Pengobatan Gratis
Sementara itu, polisi membantah jika SU berstatus terduga teroris.
Menurut aparat, status sang dokter sudah naik menjadi tersangka teroris.
Lantas, seperti apa deretan fakta mengenai kasus ini?
Berikut ulasan selengkapnya.
Baca juga: Anak 3 Tahun Meninggal setelah Disuntik di RSUD Kota Bima, Dirut RS Panggil Dokter
Dikenal Tertutup
SU dikenal sebagai sosok yang tertutup.
Hal itu diungkapkan oleh ketua Rukun Tetangga (RT) tempat tinggal SU, Bambang Pujiana.
"Pekerjaannya, yang saya tahu dia dokter," kata Bambang di Kelurahan Sugihan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Kamis (10/3/2022).
Laki-laki 54 tahun itu disebut tidak pernah hadir dalam kegiatan warga.
Baca juga: Pengacara Rizieq Shihab Munarman Ditangkap Densus 88 Terkait Terorisme, Ini Rekam Jejaknya
"Sepanjang saya menjabat Ketua RT dari tahun 2019, SU saat saya mengadakan pertemuan-pertemuan kegiatan warga tidak pernah ada, tidak pernah datang tidak pernah sosialisasi," kata Bambang.
SU juga dikatakan enggan masuk dalam grup WhatsApp RT tempat tinggalnya.
Bahkan, iuran warga pun tidak pernah dibayarnya.
"Iuran warga setiap bulannya Rp 25.000 juga tidak pernah memberikan," ujar Bambang.
Menurut Bambang, SU hanya terlihat saat datang ke masjid untuk shalat berjemaah.
Namun, tidak pernah berbincang dengan warga lain.
Setelah tewas saat ditangkap Densus 88, rumah SU terlihat sepi.
Bangunan yang di depannya tampak papan tanda praktik dokter itu pagarnya terkunci.
Hanya ada satu unit sepeda motor yang terparkir di halaman rumah.
Bambang mengatakan, SU meninggalkan seorang istri dan empat anak.
Baca juga: Pengacara Rizieq Shihab Munarman Ditangkap Densus 88 Terkait Terorisme, Ini Rekam Jejaknya
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, membenarkan adanya penangkapan tersebut.
"Benar, penangkapan dari Densus 88," katanya kepada Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Sedangkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah Kombes Iqbal Alqudusy menyatakan, SU sempat coba melarikan dengan mobil saat hendak ditangkap.
"Terhadap terduga teroris dilakukan tindakan tegas dan terukur yang mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia," kata Iqbal saat dihubungi, Kamis (10/2/2022).
Dalam upayanya lari, SU sampai menabrak pagar rumah warga di Kelurahan Sugihan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, hingga rusak.
Saat ini, jenazah SU sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang untuk diotopsi.
Menurut Iqbal, SU diduga terlibat jaringan teroris Jamaah Islamiyah seperti dikutip dari Kompas.com.
Keluarga Berencana Tempuh Upaya Hukum
Mengenai hal ini, perwakilan keluarga SU angkat bicara.
Mereka akan melakukan upaya hukum.
Keluarga tidak percaya jika SU terlibat dalam jaringan terorisme.
Menurut mereka, SU selama ini dikenal sebagai dokter yang dermawan.
"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga."
"Dan tidak etis kalau saat ini langsung berbicara hukum," kata perwakilan keluarga, Endro Sudarno, kepada Kompas.com, Kamis (10/3/2022).
Rencana upaya hukum ini diupayakan, lantaran pihak keluarga terduga teroris tidak meyakini jika SU terlibat dalam jaringan terorisme.
Baca juga: Satu Anggota Bandit di Mataram Masih di Bawah Umur, Ketua Komplotan Dipanggil Kadensus
"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau SU itu terlibat kasus terorisme," jelasnya.
Selain itu, pihak keluarga juga menyayangkan sikap Densus 88 Polri yang melakukan penembakan yang mengakibatkan SU meninggal dunia.
Diberitakan sebelumnya, penindakan tegas terukur Densus 88 Polri, mengenai di daerah punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah terduga teroris tersebut.
"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati."
"Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan.
Bukan mematikan," tegas Endro.
Endro menceritakan sosok terduga teroris merupakan dokter yang dermawan kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Dia dokter yang sering ikut kegiatan sosial, bakti sosial, pengobatan gratis, tanggap bencana."
"Dan selama ini warga yang kami ketahui juga dia dokter yang sifatnya sosial," jelasnya.
Pemakaman terduga teroris SU yang tewas, akan dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB, Kamis (10/3/2022).

Pantauan Kompas.com, jenazah terduga teroris tiba di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah sekitar pukul 16.43 WIB.
Setelah Jenazah diberangkatkan dari Rumah Sakit Bhayangkara Semarang pukul 15.00 WIB.
Setiba di rumah duka, Jenazah langsung disambut oleh Keluarga dan para takziah seperti dikutip dari Kompas.com.
Tanggapan IDI Sukoharjo
katan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo membenarkan jika SU (54), terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 di Sukoharjo adalah seorang dokter yang tercatat dalam keanggotaan IDI.
Hal tersebut disampaikan Ketua IDI Sukoharjo dr Arif Budi Satria.
Ia mengatakan terduga teroris SU selama ini berprofesi sebagai dokter dan praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo.
SU ditangkap Densus 88 saat mengendarai mobil di Kecamatan Bendosari, Rabu (9/3/2022) malam.
Dokter Arif mengatakan jika SU adalah dokter umum yang masih aktif.
"Beliau berpraktik untuk sosial, banyak yang digratiskan oleh beliau," kata dia.
Meski membenarkan profesi SU, Arif mengaku tak mengenal sosok S secara personal. Ia mengatakan jarang bertemu dengan SU yang juga anggota IDI Sukoharjo.
"Kami jarang ketemu, tetapi sebagai sesama anggota IDI tentu tahu, karena beliau kan kalau mengurus surat izin praktek ke kami," aku dia.
"Sebagai pengurus, administrasi dan lain-lain harus tahu, nomor anggota induknya berapa, habis surat izin praktek kapan. Kalau sebagai personal, tidak, kenal dekat tidak," tambah dokter Arif dikutip dari TribunSolo.
Polri: Sudah Tersangka
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menegaskan bahwa dokter Sunardi (SU) yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Jawa Tengah (Jateng) pada 9 Maret 2022 sudah berstatus tersangka terorisme.
Ramadhan menekankan, sebelum dilakukan penangkapan SU tidak lagi berstatus terduga terorisme.
“Status tersangka, status SU sebelum dilakukan penangkapan adalah tersangka tindak pidana terorisme, bukan terduga,” kata Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Ramadhan menjelaskan, Sunardi merupakan anggota dari jaringan terorisme Jamaah Islamiyah (JI).
Kemudian, Sunardi pernah menjabat sebagai pimpinan atau Amir Khidmat serta menjadi Deputi Dakwah dan Informasi JI.
Selain itu, Sunardi juga disebutkan sebagai penasehat Amir organisasi teroris JI dan menjadi penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).
“Kelima, penanggung jawab Hilal Ahmar Society,” ujarnya.
Ramadhan juga menjelaskan HASI merupakan yayasan atau organnisasi terlarang yang terafiliasi oleh JI.
Menurutnya, HASI bertugas merekrut, mendanai, dan memfasilitasi perjalanan pengikut fts foreign terrorist fighter (FTS) ke Suriah.
“Dan Yayasan ini berdasrkan penetapan Ketua Pengadilan Negari Jakarta Pusat pada tahun 2015 adalah organisasi terlarang,” tegasnya.
(Kompas/ TribunSolo/ TribunLombok)